Pasca Puluhan Kapal Ikan Terbakar di Benoa, KPI Bali Minta Pengusaha dan Pemerintah Perhatikan Nasib ABK

(Baliekbis.com), Pasca terbakarnya puluhan kapal ikan di Pelabuhan Benoa, Senin (9/7/2018), pengusaha pemilik kapal ikan dan pemerintah diminta memerhatikan nasib ratusan bahkan ribuan ABK (Anak Buah Kapal) yang terancam kehilangan pekerjaan. Ketua Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Cabang Bali I Dewa Putu Susila mendesak  pengusaha pemilik kapal ikan dan pemerintah duduk bersama mencari solusi terbaik. “Kami turut prihatin dengan terbakarnya puluhan kapal ikan di Pelabuhan Benoa. Tapi nasib ABK perlu tetap kita perhatikan,” kata Dewa Susila saat ditemui di Bali Seafarers Center, Istana Taman Jepun, Denpasar, Selasa (10/7).

Dewa Susila mengaku menerima aspirasi dan kekhawatiran dari sejumlah ABK kapal ikan yang kapal tempatnya bekerja terbakar di Benoa. Mereka cemas soal keberlanjutan pekerjaan di perusahaan bahkan hingga kejelasan gaji. “Kami minta para ABK ini tetap tenang. Tentu KPI akan bersama-sama ikut mengawal permasalahan ini dan berkomunikasi dengan perusahaan maupun pemerintah,” ujarnya.

Dikatakan KPI selaku serikat pekerja pelaut memang berkewajiban memperjuangkan hak dan kesejahteraan pelaut baik pelaut atau ABK kapal ikan, kapal niaga maupun kapal pesiar. “Ada atau tidak ada keanggotaan KPI, kami tetap berkewajiban mengawal hak dan kepentingan pelaut. Tapi sebaiknya memang ada keanggotaan KPI sehingga kami bisa lebih mudah dan cepat memberikan pendampingan dan perlindungan jika ada masalah seperti terbakarnya kapal ikan di Benoa ini,” imbuh Dewa Susila.

Pihaknya juga meminta perusahaan pemilik kapal ikan memerhatikan standar keamanan dan keselamatan di atas kapal. Sebab selama ini hal tersebut kerap diabaikan dan dianggap remeh. Pelatihan keselamatan dasar pada ABK kapal ikan juga kerap tidak dijalankan. Dokumen pelatihan keselamatan dasar seperti BST (Basic Safety Training) yang menjadi salah satu syarat bekerja sebagai ABK juga kerap tidak dipenuhi atau dimainkan oleh oknum tak bertanggung jawab.

Akibatnya, para ABK kapal ikan tidak mempunyai keahlian dan keterampilan yang cukup untuk menyelamatkan diri dalam kondisi-kondisi darurat misalnya jika ada kebakaran di kapal atau kapal tenggelam. “Syukurnya saat kebakaran kapal ikan di Benoa ini tidak ada ABK yang menjadi korban karena memang kapal sedang bersandar dan kebanyakan ABK tidak ada di atas kapal. Namun kejadian ini mesti jadi bahan evaluasi dan introspeksi pemilik kapal agar lebih memerhatikan standar keselamatan dan keamanan bagi ABKnya,” imbuh Dewa Susila yang juga politisi Partai NasDem asal Tabanan ini yang kini maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) ke DPRD Bali.

Di sisi lain pihaknya juga meminta para ABK berani bersuara melawan praktik-praktik eksploitasi, perbudakan ataupun perdagangan manusia (human trafficking) yang masih kerap terjadi secara terselubung. KPI Cabang Bali pun selama ini gencar memberikan edukasi pada para pelaut dan calon pelaut agar jangan sampai menjadi korban.

“Kami juga menyadarkan para pelaut dan calon pelaut soal betapa pentingnya keanggotaan KPI. Kalau tidak terdata, tentu kami sulit memberikan perlindungan dan memfasilitasi berbagai program-program yang juga didukung organisasi internasional ITF (International Transport Workers’ Federation),” tandas Dewa Susila yang keseharian juga aktif sebagai Pengurus KONI Bali Bidang Hubungan Luar Negeri dan Sport Tourism itu. (wbp)