Pasca-Lebaran, Arus Balik Transaksi Keuangan Diprediksi Capai 80 Persen

(Baliekbis.com), Penarikan uang dari perbankan pada libur Lebaran tahun ini mengalami peningkatan sekitar 29 persen dibandingkan tahun lalu. Sedangkan arus balik uang diprediksi 80 persen. “Dari sisi perbankan memang ada peningkatan sekitar 29 persen untuk penarikan keperluan Lebaran dan libur panjang baik uang pecahan kecil ataupun besar. Demikian dikatakan,” ujar Kepala Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Bali, Causa Iman Karana di Denpasar, Sabtu  (1/7/2017).

Berdasarkan data di KPw Bali, penarikan uang tersebut mencapai Rp 3,6 triliun, meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya sekitar Rp 2,8 triliun. Sedangkan arus balik uang yang kembali diperkirakan mencapai 80 persen. Dikatakan Causa Iman Karana, jika dibandingkan dengan tahun lalu penukaran yang dilakukan di beberapa tempat ini mengalami penurunan yang disebabkan ada hari kerja yang tidak bersamaan, bahkan ada satu hari libur yang mendadak sehingga kepotong satu hari. “Sebetulnya kalau diamati penukaran uang kali ini ada penurunan, karena ada hari kerja yang tidak sama, namun jika tidak ada satu hari libur, bisa dipastikan ada peningkatan. Karena asumsinya perhari penukaran uang sekitar Rp 2 miliar,” jelas Causa Iman Karana.

Penarikan uang dari sisi perbankan pada H-3 mencapai Rp 2 triliun sedangkan tahun lalu hanya Rp 1,7 triliun. “Saat penukaran uang yang paling diminati yaitu pecahan Rp 5 ribu dan Rp10 ribu. Apalagi dengan terbitnya uang baru, animo masyarakat cukup besar untuk mendapatkan uang baru tersebut,” tuturnya. Meningkatnya permintaan uang di masyarakat menjelang hari besar menurut Causa merupakan hal lumrah, pasalnya ada kebutuhan masyarakat dalam menggerakkan roda perekonomian, apalagi liburnya lebih panjang. “Dengan banyaknya uang beredar tentu akan meningkatkan transaksi ekonomi, namun sayangnya sebagian kan tidak di Bali, bisa jadi dibawa mudik,” tukasnya.

Kalaupun uang itu digunakan bertransaksi di Bali tentu mesti diimbangi dengan suplai yang memadai. Bahkan Tim Pengendali inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali sudah mengantisipasi hal itu. Artinya, antara beredarnya uang di masyarakat dengan suplai kebutuhan sudah mencukupi, hingga tidak terjadi gejolak. “Penting menjaga stabilitas harga dengan beredarnya uang di masyarakat yang diimbangi dengan ketersediaan suplai yang mencukupi,” ujarnya. (ist)