Pasca Covid-19, Mangku Pastika: Jangan Terlalu Berharap dari Pariwisata, Naker Bali Harus Siap Alih Profesi

(Baliekbis.com),Pandemi Covid-19 telah menyebabkan sekitar 1 juta tenaga kerja di industri pariwisata terpaksa berhenti dan sebagian dirumahkan. Kalaupun nantinya wabah ini mereda, diprediksi tak semua tenaga kerja ini bisa kembali ke profesi sebelumnya.

“Saya prediksi daya serap pariwisata takkan seperti semula sebelum Covid ini muncul. Jadi akan ada banyak tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan, mau dikemanakan mereka. Ini yang harus dicarikan jalan keluarnya,” ujar Anggota DPD RI daerah pemilihan Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. dalam dialog interaktif secara Webinar yang mengangkat tema: Antisipasi Ledakan Covid-19 Pasca Arus Balik “Tantangan dan Prospek Wujudkan Bali Era Baru”, Rabu (27/5/2020).

Webinar menghadirkan narasumber Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M..yang tengah reses, Bendesa Agung MDA Bali Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet, akademisi Prof. Dasi Astawa dipandu I Made Dwija Suastana,S.H.,M.H. didampingi staf ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Wayan Wiratmaja.

Menurut Mangku Pastika, selain tenaga kerja lokal, persaingan akan terjadi dengan masuknya tenaga dari luar. Jadi salah satu pilihannya harus berani beralih mengambil pekerjaan lain yang potensinya masih terbuka. “Mau nggak down grade jadi supir gojek. Mau nggak jadi pedagang kaki lima, jual lalapan lesehan, atau menjadi petani,” ujar mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Dikatakan mantan Kapolda Bali ini, Gubernur memang sudah mengeluarkan aturan untuk memperketat masuknya orang-orang ke Bali. Namun di tempat lain sangat susah mencari pekerjaan. Sehingga mereka akan ke Bali karena dianggap lebih menjanjikan. “Jangan sampai peluang ini diambil orang. Pekerjaan yang ada (di luar pariwisata) harus digarap dan dipersiapkan secara mental,” ujar Mangku Pastika.

Dijelaskan, orang akan datang ke Bali karena bagaimanapun, situasi Bali lebih baik dari tempat lain. Saat ini diakui warga masih bisa bertahan. Tapi lama-lama tabungan akan habis, bantuan akan menipis selama beberapa bulan ke depan. Di sisi lain, menurut Mangku Pastika kalau mau berusaha tak mungkin
kurang modal. Sebab ada BUMDes, LPD, Jamkrida yang menjamin kredit.

Sementara itu
Ida Panglingsir Sukahet mengatakan semuanya sudah sehati, sejiwa melihat permasalahan yang dihadapi ini dengan perspektif bersama. Ditegaskan Bali bukan anti pendatang, tapi harus tahu kapasitasnya agar tidak kontra produktif dengan kemakmuran, keamanan dsb. Majelis Desa Adat sudah sepakat bagaimana harus menyeleksi pendatang yang masuk.

“Kita bersama pemerintah daerah, DPRD mesti sepakat mengeluarkan sebuah kebijakan. Jangan nanti desa mencegah pendatang karena sudah padat, tapi tidak ada payung hukumnya. Nanti ada benturan di antara kita. Oleh karena itu apa yang diinginkan desa adat selama ini, kita perlu ada payung hukum bersama. Bali tetap sebagai Bali. Ini yang harus kita perjuangkan bersama,” ujarnya.

Karena kalau dibebaskan, tambah Ida Panglingsir, lambat laun akan terpinggirkan, budaya dan adat Bali akan tergeser. “Kita tidak inginkan ini terjadi. Kita perlu sinergi semua, desa adat tidak mungkin bergerak sendiri. Mari kita sama-sama mulai berpikir untuk membuat perda sehingga akan mempunyai dasar hukum desa adat. Kita seleksi pendatang, yang profesional datang silakan,” tambahnya.

Di sisi lain, ditambahkan orang Bali harus siap dengan pekerjaan-pekerjaan yang sekarang digeluti pendatang. “Harus ada rasa jengah. Mulailah dari sektor informal lama-lama akan maju seperti pengusaha-pengusaha lainnya,” harap Ida Panglingsir.

Sedangkan akademisi Prof. Dasi Astawa mengingatkan Covid ini jangan dijadikan hal yang menakutkan. “Karena ini akan membuat jadi lemah. Harus yakin wabah ini bisa diatasi. Perlu tetap waspada, rajin doa dan sembahyang,” jelasnya. (bas)