Parade Seni dan Budaya Desa Sumerta Kauh, Banjar Eka Dharma Usung “Bala Canda”

 (Baliekbis.com), Dalam rangka mensukseskan pelaksanaan parade seni dan budaya Desa Sumerta Kauh. Pada tanggal 15 Desember 2018 akan dilaksanan lomba parade baleganjur yang melibatkan enam banjar yakni Banjar Eka Dharma,  Klandis, Ratna Bhuana, Pagan Kaja, Pagan Tengah, dan Banjar Pagan Kelod. 

Khusus untuk Banjar Eka Dharma sudah jauh-jauh hari mempersiapkan latihan untuk nantinya bisa tampil dengan membawakan kreasi baleganjur bertajuk Bala Canda,” ujar koordinator baleganjur Banjar Eka Dharma yang juga kelian banjar, I Ketut Ambara didamping Kelian Dusun, Dewa Putu Jaya, Sabtu (8/12).

Menurut Ambara, para muda-mudi Eka Dharma yang akan ikut dalam lomba ini rata rata masih duduk di bangku SMP dan ada juga di Sekolah Dasar (SD). “Kalau dulu baleganjur sering dibawakan oleh orang dewasa sehingga kekuatan dari penabuh lebih tinggi. Namun, saat ini anak-anak Banjar Eka Dharma dari segi kekuatan tidak kalah jauh dengan orang dewasa dalam membawakan gending baleganjur dewasa,” terangnya.

Dengan kreasi baleganjur ‘Bala Canda” ini dirasakan bisa membawa kegembiraan dan kemenangan nantinya. Karena bala canda memiliki arti yang sangat mendaam yakni bala yang artinya pasukan dan canda yang artinya bergembira atas kemenangan. 

Selain itu, cerita  bala canda juga dilatarbelakangi sebuah cerita kerajaan. Salah satunya tentang kerajaan Majapahit. “Dimana kerajan Majapahit ketika itu dapat dengan mudahnya menaklukkan Bali sehingga pasukan bisa bergembira dengan hasil kemenangan dengan canda ria,” ucapnya.

Dijelaskan, untuk kreativitas penciptaan bala canda, I Putu Kori selaku komposer mengatakan, garapan ini menjadi tantangan, sebab semua muda-mudi yang terlibat didalamnya masih awam dan belum begitu mahir dalam memainkan alat musik gamelan baleganjur. “Karena semangat  dan keseriusan itulah menjadi pendorong untuk tampil semaksimal mungkin,” jelasnya.

Untuk tabuh garapan bala canda sebenarnya memadukan dentuman kendang lanang wadon dengan iringan hentakan cengceng kopyak. Disini yang dirasakan mampu membuat ledakan semangat yang pantang menyerah. “Ditambah jalinan melodi reong, ponggang, kajar, kempli, gong dan kempur seakan menjadi gambaran tentang semangat pantang menyerah muda-mudi Banjar Eka Dharma yang selalu optimis dalam setiap kegiatan yang dilakoni dalam kesehari-harian anak muda di zaman now,” tambahnya. (sus)