Paiketan Krama Bali Gelar Dharmatula, Yowana Bali, “Metangilah!”

(Baliekbis.com), Para Yowana (Pemuda) Hindu khususnya di Bali sudah saat “Metangi” (bangun) dari tidur lelapnya untuk bangkit berkreativitas mengasah diri dan menjadi pemuda-pemuda yang berkarakter mulia dan menjadi profesional di bidang masing-masing serta mau bersinergi satu dengan yang lain untuk membangun Bali dan Hindu.

Pemuda Hindu diminta tampil terdepan dan siap menjadi kader-kader pemimpin Bali dan Hindu di masa depan. Hal itu mengemuka dalam Dharmatula Yowana Bali 2018 yang dihelat Departemen Pemuda dan Kaderisasi Paiketan Krama Bali di Danes Art Veranda, Jalan Hayam Wuruk Denpasar, Sabtu (20/1). Salah satu founding father dan Pembina Umum Paiketan Krama Bali, Ida Rsi

Wisesanatha menyambut baik Dharmatula Yowana Bali  2018 dan berkumpulnya para yowana (pemuda) Bali dari berbagai organisasi kepemudaan Hindu di Bali. Menurut Pandita yang aktivis ini, tema “Yowana Bali Ngiring Metangi, Saling Asah, Asih lan Asuh” ini sangat tepat digaungkan saat ini demi membangun jiwa dan raga para pemuda Bali.

Beliau menegaskan beberapa poin penting terkait tema itu bila dikaitkan dengan situasi dan kondisi perkembangan generasi muda saat ini. Menurut Ida Rsi Wisesanatha, sebenarnya mayoritas dari kita baru “metangi” (bangun) pada dimensi fisik, emosi dan rasio. Bahkan tak banyak yang sadar bahwa dimensi ego atau Ahamkara itu benar-benar serumah dengan dimensi rasio. “Kurang disadari betapa bahayanya kalau kita hanya menggunakan rasio tanpa pengembangan dimensi welas asih (love) yang memiliki rasa memaklumi, kebijaksanaan dan kesabaran,” jelasnya.  Menurut beliau, yang perlu dirancang kebangkitannya dan diketahui keberadaannya dari awal adalah dimensi bakat, keinginan alami dan kehendak alami kita yang sudah terprogram di dalam diri sehingga dapat menentukan jalan dan pilihan hidup sedini mungkin agar dapat melakukan hal-hal yang membahagiakan diri.

Selanjutnya, kata Ida Rsi, yang menjadi bagian yang terdalam yaitu Soul Dimension dan Divine Dimension yang membawa kepenyerahan dan keikhlasan seutuhnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. “Inilah dimensi-dimensi bagian dari manusia yang belum “ditangikan” (dibangkitkan) sehingga manusia bisa menjadi lebih lengkap dan lebih mulia” imbuhnya. Kata Ida Rsi, tarikan energi kosmik belakangan ini akan lebih kuat lagi menarik perkembangan dimensi manusia khususnya membuka cangkang-cangkang ego manusia sehingga jika didasari oleh open mind yang lebih luas, maka pembukaan dimensi lain akan lebih mudah. “Saat inilah masa yang paling kritis karena harus membuka cangkang ego yang alaminya tak mudah untuk dikalahkan sepanjang masa,” paparnya.

Dikatakan, tatkala dimensi-dimensi ini sudah berkembang, peradaban manusia pasti akan berubah drastis menjadi lebih baik. Bukan tak mungkin beralih dari jaman besi ke jaman emas. “Selamat berdialog dengan membuka cangkang ego kalian, semoga menjadi lebih baik!,” kata Ida Rsi Wisesanatha. Ketua Umum Paiketan Krama Bali, Ir. Agung Suryawan Wiranatha, M.Sc, Ph.D. mengaku sangat berbahagia karena di tengah kondisi cuaca hujan sekali pun para yowana mau berkumpul. Kata dia, Paiketan Krama Bali komit untuk memfasilitasi para yowana untuk bersinergi dan berkarya secara nyata. Agung Suryawan berharap, Departemen Pemuda dan

Kaderisasi Paiketan Krama Bali tidak berhenti sampai di sini. Program kerja lanjutan harus segera direalisasikan dengan merangkul berbagai pihak khususnya para yowana. Kata Agung Suryawan, para Yowana Bali harus tetap mampu mempertahankan jati diri ke-Bali-annya sekaligus harus berani tampil ke tingkat nasional dan global. “Branding sebagai orang Bali sangat kuat dan diterima oleh masyarakat dunia,” papar Agung Suryawan yang juga Ketua Pusat Kajian Pariwisata Universitas Udayana.

Pembina Paiketan Krama Bali di Departemen Infrastruktur dan Tata Ruang, Ir. Nyoman Proiyatna “Popo” Danes menambahkan, para yowana yang berasal dari berbagai disiplin ilmu dan keahlian sangat baik bertemu dan menciptakan pikiran-pikiran positif dan berkarya nyata. Masa lalu patut dibanggakan dan dikenang, namun yang paling penting bagi generasi muda adalah menatap masa depan dengan meningkatkan kualitas diri. Popo dikenal sebagai tokoh arsitek kaliber internasional yang selalu komit dengan budaya Bali melalui karya-karyanya. Popo menginspirasi para pemuda agar terus mempertahankan karakter budaya Bali di mana pun tampil dan beraktivitas.

Ni Wayan Jero Jemiwi,S.Sos.,M.Fil.H,Cht, seorang wanita cantik yang didaulat tampil sebagai fasilitator mengajak dan terus membakar semangat para yowana yang hadir dengan yel-yel, motivasi dan refleksi/perenungan. Dalam penampilannya yang sangat “metaksu”, mantan pramugari yang segera menyelesaikan disertasi program doktornya ini mampu membuat hampir sebagian yowana saat itu sampai menangis sesenggukan. Kesan dari para yowana yang mengikuti acara ini luar biasa dan sangat positif. Bahkan Pengurus Peradah Bali, K. Agus Widiantara berharap agar Pemuda Paiketan Krama Bali sering-sering membuat acara serupa untuk membangkitkan semangat para pemuda Bali mengembangkan talenta berorganisasi.

Semua peserta mengaku sangat terkesan dengan acara Dharmatula Yowana 2018 ini. Terlebih lagi saat menyaksikan penampilan spesial dari Aya dan Laras BTMDG yang mampu membius perhatian para yowana, Penglingsir Paiketan dan salah satu fans berat mereka Jero Rucina Ballinger yang terkenal dengan kedebong goyang-nya dari Ubud, Gianyar. (ram)