Oleh-Oleh dari Jogja, Embung Nglanggeran “Sulap” Kehidupan Petani

(Baliekbis.com), Kreativitas dan semangat warga Nglanggeran, Kabupaten Gunungkidul terbilang luar biasa. Kawasan bertanah coklat kemerahan yang relatif kering berhasil mereka “sulap” menjadi hijau, asri dan mampu mengangkat ekonomi warga setempat.

“Selain mengembangkan tanaman pertanian bernilai ekonomi tinggi, kami di sini juga telah menjadikan kawasan ini sebagai objek ekowisata yang menjanjikan,” jelas Suranto, salah seorang perintis pembangunan di kawasan itu saat menerima rombongan BI KPw. Bali bersama puluhan wartawan yang mengadakan kunjungan ke lokasi tersebut, Sabtu (10/2) siang.

Sebagaimana diketahui selama tiga hari (9-11 Pebruari), puluhan wartawan ekonomi dari Bali bersama BI mengadakan Lokakarya Kehumasan dan Kebanksentralan ke Yogyakarta. Selain mengulas masalah ekonomi Bali ke depan, wartawan juga mengunjungi sejumlah kawasan yang memiliki tipikal mirip Bali yang oleh masyarakat di sana berhasil dikembangkan, seperi halnya kawasan Gunung Merapi dan perbukitan Nglanggeran  ini.

Menurut Suranto, sebelumnya kawasan itu hanya bisa ditanami komoditi pertanian seperti tanaman durian, kakao dan beberapa tanaman buah-buahan lainnya. Itu pun dalam areal terbatas. Terbatasnya komoditas yang bisa dikembangkan membawa dampak signifikan baik ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya juga pemberdayaan kawasan tersebut. “Masalah karena keterbatasan air,” ujar Suranto. Padahal kawasan dengan perbukitan hijau itu memiliki panorama yang eksotik.

Azka Subhan Aminurridho.

Namun lima tahun silam, tepatnya akhir tahun 2015, Bupati Gunungkidul turun tangan membantu warganya. Sebagian perbukitan dibelah dan dibangun embung yang cukup luas. Dan hasilnya begitu menggembirakan. Embung seluas lapangan  sepakbola (hampir satu hektar) dengan kedalaman sekitar 5 meter itu berhasil merubah lingkungan dan kehidupan warga. “Embung ini sejak dibangun memberi limpahan air yang begitu besar bagi pertanian di sini. Dan air di embung tak pernah habis,” tambah Suranto.

Dan dari embung itu kini kawasan Nglanggeran berubah drastis. Selain hijau, asri juga menghasilkan. Karena dengan penataan lingkungan yang apik, kawasan ini menjadi ekowisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Bukan itu saja, ekowisata yang dikembangkan warga, kini tumbuh berbagai sarana wisata seperti penginapan yang mendukung ekonomi warga.

Warga yang mayoritas petani kini juga siap-siap untuk menikmati jerih payah mereka, panen durian dan lengkeng. “Dari embung itu kami membuat perkebunan khusus durian dan lengkeng seluas 20 hektar lebih. Dan kini sebagian sudah mulai belajar berbuah,” tambah Suranto. Meski tumbuh sumber-sumber ekonomi baru tersebut, namun warga tetap mengembangkan tanaman kakao yang selama ini menjadi salah satu sumber ekonomi warga. Kakao tetap dikembangkan oleh ratusan petani setempat.

Bahkan hasilnya telah mampu diolah menjadi makanan dan minuman. Meski masih agak konvensional, namun pengolahan kakao menjadi cokelat di kelompok petani cokelat “Griya Cokelat Nglanggeran” telah mampu mengangkat nilai tambah kakao dan kehidupan warganya. “Kita di Bali juga punya embung dan pengembangan kakao, nanti kita akan coba kemas lagi agar bisa memberi nilai tambah lebih,” ujar Kepala Divisi Advisory Pengembangan Ekonomi BI Bali Azka Subhan Aminurridho setelah meninjau lokasi tersebut. Azka bahkan optimis pengembangan kakao di Bali bisa lebih menjanjikan sebab marketnya cukup besar. “Sebagai daerah tujan wisata yang banyak dikunjungi turis, memberi peluang lebih terbuka untuk pemasaran produk,” tambahnya. (bas)