OJK Prioritaskan Pengembangan 100 Desa Wisata

 

(Baliekbis.com), Dalam rangka mendukung terwujudnya percepatan akses keuangan bagi masyarakat di daerah, OJK (Otoritas Jasa Keuangan) memiliki sejumlah program prioritas. Di antaranya prioritas untuk mendukung pemerintah daerah Bali mewujudkan pengembangan 100 desa wisata. Untuk itu OJK kini melakukan langkah-langkah antara lain mendata desa wisata serta keunikan yang memiliki nilai jual dan sosialisasi di desa wisata yang sudah terdaftar. “Melalui langkah-langkah tersebut diharapkan desa wisata ini bisa lebih siap,” ujar Ketua OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara, Zulmi dalam temu media di XO Cuisine Restoran, Denpasar, Jumat (18/2/2017) malam.

Dikatakan program  ini merupakan program khas daerah Bali untuk membangun 100 desa wisata hingga tahun 2018.  Melalui TPKAD diharapkan pembangunan desa wisata ini dapat dipercepat dengan membuka akses keuangan seluas-luasnya kepada masyarakat di desa wisata untuk memproleh pendanaan dari LHJK dalam rangka pengembangn desa wisata tersebut.

Program lainnya yang telah digagas bersama industri jasa keuangan, pemerintah, dan Bank Indonesia dalam rangka inklusi keuangan antara lain program laku pandai, program Simpanan Pelajar (SimPel), asuransi pertanian, ternak, nelayan, penjaminan kredit UMKM, pengaturan pergadaian swasta, revitalisasi usaha modal ventura, dan pengembangan pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan non bank. Untuk program laku pandai pada akhir 2016, perbankan di Provinsi Bali telah bekerja sama dengan 3.454 agen dengan jumlah nasabah 15.608. “Nasabah laku pandai (yaitu 43%) masih terkonsentrasi di Kota Denpasar,” jelasnya. Di Provinsi Bali saat ini tercatat 79 bank yang aktif mempromosikan dan bekerja sama dengan sekolah dalam pengembangan Simpanan Pelajar (SimPel).Sudah ada 356 sekolah sebagai peserta program dan 51.198 rekening dengan total saldo Rp 53,976 miliar.

Di sisi lain Ketua OJK Bali dan Nusa Tenggara tersebut mengingatkan di tengah kemajuan dan persaingan yang semakin ketat saat ini kalangan perbankan diminta terus meningkatkan kualitas SDM-nya. Hanya dengan kualitas yang baik bank akan bisa menangkap peluang yang ada. “Bali memiliki banyak peluang. Tapi justru peluang itu ditangkap oleh bank-bank yang punya SDM bagus. Ini menjadi salah satu penyebab kinerja sebagian bank jadi melambat,” jelas Zulmi. (ist)