OJK Minta BPD Tingkatkan Peran Dukung Perekonomian Daerah

(Baliekbis.com), BPD Bali sebagai bank milik pemerintah daerah setempat diharapkan semakin meningkatkan perannya dalam mendukung perekonomian daerah, mengingat sebagian besar kredit BPD saat ini masih didominasi kredit konsumsi. Untuk itu OJK mendorong BPD agar sungguh-sungguh menjalankan program tranformasi BPD melalui peningkatan kemampuan bisnis dan layanan dan penguatan ketahanan kelembagaan. Selain itu BPD juga diminta meningkatkan kontribusi pembangunan daerah yang didukung SDM yang profesional, infrastruktur IT yang memadai serta penerapan GCG, manajemen resiko dan pengendalain internal yang lebih efektif. Aset BPD saat ini Rp 20 triliun lebih atau 17 persen lebih dari aset perbankan di daerah ini. Demikian diungkapkan Kepala Regional 8 OJK Bali dan Nusa Tenggara Zulmi saat membuka Pertemuan Tahunan Pelaku Industri Jasa Keuangan 2017 di Hotel Sanur Paradise, Kamis (16/2/2017).

Dikatakan Zulmi sepanjang tahun 2016 industri perbankan di Bali menunjukkan kinerja positif yang diukur dari perkembangan total aset, tingkat kesehatan bank, serta berbagai indukator lain. Aset industri perbankan meningkat Rp8,87 triliun (8,50 persen) dari Rp 104,35 triliun di akhir 2015 menjadi Rp113,22 triliun di akhir tahun 2016. Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah kredit perbankan di Bali yang cukup besar yaitu 9,58 persen dari Rp 71,14 triliun pada akhir 2015 menjadi Rp 77,96 triliun di akhir tahun 2016.

Peserta pertemuan tahunan pelaku industri jasa keuangan 2017 di Hotel Sanur Paradise (16/2).

Kepala OJK Regional Bali-Nusa Tenggara Zulmi menambahkan berdasarkan survey nasional literasi dan inklusi keuangan atau SNLIK 2016 menunjukkan adanya trend peningkatan. Indeks literasi keuangan nasional meningkat dari 21,8 persen tahun 2013 menjadi 29,7 persen tahun 2016. Sementara indeks inklusi keuangan nasional mengalami peningkatan dari 59,7 persen menjadi 67,8 persen sedangkan untuk Bali indeks literasi keuangannya lebih tinggi dari Nasional yakitu sebesar 37,45 persen dan indeks inklusi keuangannya sebesar 76 persen.

Sedangkan pelaksanaan fungsi intermediasi dana yang menjadi fungsi pokok sektor perbankan berjalan semakin baik. Hal ini tercermin dari rasio jumlah kredit dan dana yang dihimpun atau loan to deposit ratio (LDR) yang meningkat dari 86,21 persen menjadi 88,70 persen pada akhir 2016. Pertumbuhan kredit yang relatif pesat ini diiringi pula oleh kualitas pembiayaan yang tetap terjaga dengan proporsi kredit bermasalah (NPL) sebesar 2,42 persen di akhir 2016.
Untuk meningkatkan peran jasa sektor keuangan OJK juga telah menyiapkan 7 inisiatif di antaranya mengoptimalkan program kerja yang telah digagas industri jasa keuangan bersama pemerintah dan Bank Indonesia, layanan pinjam meminjam uang berbasis TI, target pertumbuhan kredit 9-12 persen, transformasi BPD dan penghimpunan dana dari pasar modal. OJK juga mengimbau pelaku perbankan untuk tetap berinovasi untuk meningkatkan likuiditas. Dengan terjaganya likuiditas maka penyaluran kredit kepada masyarakat khususnya UMKM akan meningkat. (ist)