Nyoman Dhamantra: Petani Harus Diselamatkan

(Baliekbis.com), Saat ini sekitar 80 persen masyarakat Bali menggantungkan hidupnya di sector pertanian, sebagai petani. Sementara lahan-lahan pertanian terus menyusut. Kalau tidak ada upaya riil membantu petani, maka ke depan bukan saja kehidupan petani akan semakin sulit juga lahan-lahan pertanian akan tergerus. Anggota DPR-RI Dapil Bali Nyoman Dhamantra mengatakan hal itu  di sela-sela kegiatan kuliah umum di Universitas Warmadewa, Jumat (2/6/2017).

Padahal menurut Dhamantra, petani adalah pelestari Bali. Untuk itu kesejahteraan petani harus diperbaiki. Caranya selain membantu peningkatan SDM petani serta produksinya juga kehidupan keluarga petani harus diperhatikan. Sejauh ini memang diakui sudah ada bantuan untuk sarana produksi (saprodi), bantuan keringanan pajak tanah atau sawah. “Tapi keluarga petani belum diperhatikan secara maksimal seperti biaya sekolah anak-anak petani. Kan sekarang banyak anak-anak petani putus sekolah karena ketidakmampuan orang tua mereka membiayai.  Belum lagi beban sosial seperti adat dan budaya yang harus mereka tanggung cukup besar,” ujar Dhamantra.

Untuk itu, Dhamantra minta pemimpin Bali ke depan harus punya komitmen untuk memberdayakan petani lebih baik lagi sehingga kehidupan ekonomi mereka semakin meningkat. Saat ini diakui kesenjangan ekonomi masyarakat sangat tinggi sehingga tumbuh kantong-kantong kemiskinan. Ini karena terjadi ketidakadilan dan menurunnya daya saing masyarakat local. Padahal kompetisi yang terjadi sangat ketat.  Dhamantra melihat adanya kejanggalan dimana hotel-hotel tumbuh subur. Vila juga semakin banyak dan wisatawan ke Bali terus membengkak. Namun kehidupan masyarakat local tak beranjak naik, bahkan  sebagian masyarakat hidup miskin.

Dhamantra juga tak terlalu memasalahkan masuknya pendatang yang semakin banyak atau terjadinya alih fungsi tanah. Sebab di beberapa negara hal itu justru bisa meningaktakan kesejahteraan masyarakatnya. “Nah format ini yang harus  bisa dijalankan sehingga masyarakat local tak menjadi penonton di daerahnya  dan hidupnya semakin miskin,” jelas tokoh PDI-P Bali ini. (bas)