Nengah Wiratha: Harus Berani Subsidi Transportasi

(Baliekbis.com), Tantangan Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia semakin kompleks. Bukan saja persaingan dengan daerah atau negara lain yang juga berlomba-lomba menggaet wisatawan, Bali juga dihadapkan masalah kemacetan, kebersihan dan keamanan.

“Sekarang ini kan Bali khususnya kawasan-kawasan wisata seperti Denpasar dan Kuta sering macet. Kebersihan juga belum teratasi dengan baik dan masalah lainnya seperti keamanan bagi turis yang perlu ditingkatkan,” ujar pelaku pariwisata I Nengah Wiratha,S.E., MSi., Rabu (1/11). Sebagai pelaku di bisnis pariwisata, Wiratha mengaku khawatir dengan perkembangan Bali yang begitu pesat. “Bali ini sempit, kalau tak ada kebijakan khusus yang bisa mengatur tata ruang dengan baik maka ke depan malah jadi bumerang,” jelasnya.

Mantan anggota DPD-RI ini mencontohkan semakin kroditnya arus lalu lintas di kawasan-kawasan padat turis. Ini kalau tak teratasi maka turis tak bisa lancar ke tempat tujuannya. “Kalau sudah seperti ini maka wisatawan akan enggan ke sini,” ujar tokoh olah raga bulutangkis ini. Ia menegaskan kelancaran lalu lintas untuk aktivitas wisata sangat penting. Karena  itu ia berharap masalah ini jadi perhatian serius pemerintah. “Kemacetan harus jadi prioritas apapun solusinya meski tak populis,” tambahnya. Untuk jangka pendek menurutnya penggunaan angkutan umum harus diperbanyak. “Kalau perlu pemerintah mensubsidi angkutan umum sehingga jadi lebih murah dan nyaman. Kan tak masalah kalau taksi misalnya disubsidi atau transportasi umum lainnya yang banyak diminati,” tegasnya.Untuk jangka panjang, Wiratha melihat pembangunan  jalan-jalan di bawah tanah sebagai solusi yang bisa diterima banyak pihak. Kalau bikin jalan layang memang bisa saja, tapi jauh lebih baik kalau jalan di bawah tanah untuk mengatasi kemacetan di sepanjang pantai Kuta. Menurut Wiratha meski jalan terus diperlebar, tapi kalau penambahan kendaraan pribadi tak bisa dikendalikan maka hasilnya tak maksimal. Apalagi produksi mobil murah terus bertambah. Mestinya ada yang komprehensif untuk masalah transportasi ini. “Tak banyak artinya kalau mau atasi kemacetan justru kebijakan mobil murah diberlakukan. Transportasi pribadi tak diimbangi dengan angkutan umum yang bisa dinikmati rakyat,” jelasnya. Ia juga melihat kamacetan di daerah tertentu sebagai dampak tidak meratanya pembangunan. Saat ini Bali selatan mendominasi berbagai kegiatan ekonomi sehingga hampir semuanya menumpuk di sana. Kalau daya tampung melebihi kapasitas, jelas akan berdesak-desakan jadinya. (bas)