‘NCPI Bali Great Sharing Session’: Gali Potensi di Luar Pariwisata, Cegah Kanibalisme

Bergantung hanya pada satu sektor ekonomi akan sangat beresiko tinggi ketika ada masalah, seperti ketika terjadi bencana alam, bom dan Pandemi Covid-19. Karena itu sektor lain di luar pariwisata yang menjadi andalan ekonomi saat ini perlu dikembangkan dan Bali memiliki potensi (pertanian) itu.

(Baliekbis.com), Diskusi NCPI Bali Great Sharing Session yang mengangkat tema “Tourism Development Trends in The Face of Global Economic Challenges” berlangsung hangat dengan munculnya berbagai peluang (ekonomi) bagi Bali ke depan. Bahkan dengan potensi yang ada, Pulau Dewata ini bisa menjadi kekuatan ekonomi besar kalau bisa “dijual”. Di sisi lain diingatkan soal keamanan dan kemacetan. Kita sering ‘cuek’ ketika aman, dan kelabakan saat terjadi gangguan, seperti bom (Bali).”

Demikian antara lain mengemuka dalam diskusi yang digelar NCPI (Bawa Cita Pariwisata Indonesia) Bali, Sabtu (28/1) di Kura Kura Bali, Serangan Denpasar. Diskusi dengan keynote speaker Anggota DPD RI Dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. yang dipandu Diah Suryandari dihadiri puluhan tokoh dan pelaku pariwisata serta akademisi. Tampil sebagai pembicara Kepala Perwakilan BI Bali Trisno Nugroho, President of UID Bali Campus dan Kura Kura Bali Tantowi Yahya. Acara dibuka
Ketua NCPI Bali Agus Maha Usadha.

Mangku Pastika mengatakan sangat mendukung pariwisata yang mulai menggeliat pascapandemi Covid-19. Namun diingatkan apapun yang dilakukan jangan keluar dari konsep Tri Hita Karana. “Sejak menjabat Gubernur Bali, saya selalu ingatkan itu, ‘Bangun Bali, bukan membangun di Bali’. Jangan sampai uangnya dibawa ke luar (capital flight),” ujar Mangku Pastika.

Dengan konsep Tri Hita Karana itu, diharapkan melahirkan pembangunan yang berkualitas, bermartabat, sustainable dan inklusif. “Jangan sampai rakyat tetap miskin dan ini tak boleh terjadi. Jangan hanya dinikmati hanya oleh orang-orang yang berbisnis di sini,” tambah Gubernur Bali 2008-2018 ini.

Diingatkan pula, pariwisata harus memperhatikan kondisi warga lokal. Sebab kalau pariwisata terlalu menitikberatkan kualitas harganya jadi mahal dan usaha lokal tak mampu bersaing sehingga mereka tetap miskin. Jadi harus bersama-sana agar warga Bali bisa sejahtera. Kualitas SDM juga harus menjadi perhatian agar bisa menjadi kekuatan. Mangku Pastika menegaskan, selain pariwisata, Bali memiliki kekuatan ekonomi yang besar seperti pertanian. Kalau ini dikelola secara terintegrasi maka hasilnya tak kalah dengan yang lain.

Dalam diskusi juga mengemuka perlu hati-hati ‘menjual’ Bali, apa yang mau dibangun harus jelas dan berkesinambungan. Agar nantinya tidak sampai terjadi kanibalisme, mematikan yang sudah ada. Juga mengemuka pariwisata seperti apa yang perlu dikembangkan. Apa quality tourism atau mass tourism dengan daya dukung Bali yang penduduknya sekitar 4,3 juta saat ini agar tidak memunculkan kemacetan dan gangguan keamanan.

Menurut Kepala Perwakilan BI Bali Trisno Nugroho, tahun 2022, wisman ke Bali sebanyak 2,3 juta. Sebelum covid mencapai 6,2 juta. “Saya kira dengan luas 5 ribu kilometer persegi, Bali masih memadai dengan 7,5 juta wisman,” jelas Trisno.

Trisno memuji Bali yang bisa sustainable tourism dari berbagai cobaan dan tangguh. Tak ada event besar yang diselenggarakan di negara lain selain ada di Bali. “Jadi Bali ini tak ada lawan. Bisnis dan leisure sangat potensi di masa depan,” tambah Trisno.

Sementara President of UID Bali Campus, Kura Kura Bali Tantowi Yahya mengatakan KKB ini merupakan permata baru bagi Bali. Dengan luas sekitar 500 ha, kawasan ini menjadi ‘island of happiness’. “Siapa saja yang ingin bahagia datanglah ke sini,” jelas Tantowi yang dipercaya sebagai Dubes Keliling RI dengan mewilayahi 30 negara ini.

Menurutnya, KKB bukan hanya sekadar pulau atau real estate, tapi ada ekosistem yang saling mendukung sejalan dengan Tri Hita Karana. “Untuk bahagia tak ada jalan lain, selain baik dengan sesama, baik dengan menjaga alam dan dekat dengan yang di atas (Tuhan). Orang Bali itu ‘you work the talk’,” ungkap Tantowi.

Konsep Tri Hita Karana menjiwai setiap pembangunan di KKB. Ada kolam tampung air hujan untuk memenuhi kebutuhan air, solar panel dan penanaman ribuan pohon yang menjadikan kawasan ini hijau dan sejuk.

“KKB ini kami kembangkan menjadi tempat kerja (work), tinggal (live), bermain (play) dan belajar (learn). Bali itu bisa jadi tempat bekerja karena nyaman. Saya kerja di Bali karena nyaman dan aman,” ungkap Tantowi mencontohkan. Ia juga memaparkan Bali memiliki kekayaan air (marina) yang bisa mendatangkan income yang besar. (bas)