Nasi Tekor Kini Hadir di Denpasar Festival ke-9

(Baliekbis.com), Tekor merupakan tempat makan masyarakat Bali zaman dulu. Sekarang untuk merasakan tradisi para orang tua tersebut sangat sulit untuk menemukannya. Namun berkat adanya Denpasar Festival yang selalu menampil kearifan lokal termasuk kuliner membuat masyarakat pecinta kuliner dapat merasakannya.  Untuk melihat dan ingin merasakan makan menggunakan tekor cukup datang ke stand kuliner milik Nyoman Darta Jalan Gajah Mada.

Tidak hanya menikmati kuliner Nasi Tekor, pembeli juga dapat penjelasan pemilik  terkait kisah tekor yang digunakan untuk tempat yang digunakan zaman dulu.  Dengan mengeluarkan kocek  Rp 20 ribu masyarakat dapat menikmati Nasi Tekor dengan berbagai macam menu khas Bali  yang dinikamati dalam satu porsi yakni nasi, kacang, lawar ayam penyon biyu batu, ayam bakar sera lemo, ayam bakar sisit sambal matal, sayur  dan kuah gerang asem menggunakan kau yang terbuat dari batok kelapa.

Disela-sela melayani pembeli Nyoman Darta mengatakan, Nasi Tekor ini merupakan kisah masyarakat Bali  zaman dulu yang hidup mencari makan di pasar. Dengan mengikuti Denpasar Festival maka masyarakat akan mengenal atau merasakan makan menggunakan tekor atau dauh pisang yang berbentuk segitiga ini.

Dalam nasi tekor ini Darna mengatakan, kuliner yang dijual ini juga tidak menggunakan perasa. Untuk memberikan rasa pihaknya menggunakan bumbu kunyit yang dicicang dan digoreng dengan minyak kelapa Bali.

Mengikuti Denpasar Festival ini pihaknya tidak sekedar berjualan, namun  untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat Bali umumnya dan Denpasar pada khususnya. Tidak hanya itu pihaknya juga ingin menggugah rasa masyarakat untuk bertanya  arti nasi tekor itu sendiri. ‘’Maka dari itu saya mencoba menjelaskan nasi tekor itu kepada penghunjung Denfes ke-9,’’ ujarnya.

Meskipun pertama kali mengikuti Denpasar Festival ini ternyata banyak masyarakat yang tertarik menikmati kuliner ini.  Darta menambahkan  selain untuk tempat makan, ternyata tekor merupakan symbol garma seorang ibu. Maka dari itu Tekor ini harus dilestarikan. (ayu/ist)