Munas V di Bali, APSI Siap Beri Pendampingan dalam Mengelola Sekolah yang Efektif

Ada tiga tantangan ke depan yang harus dilalui. Pertama, perubahan mindset; Kepala sekolah dan guru masih memiliki mindset zona nyaman. Artinya, sekarang ada perubahan, tetapi bagaimana perubahan itu dijadikan tantangan untuk terus belajar. Tantangan kedua, adalah skill set yang artinya, ketika ingin zona tumbuh berarti harus ada keterampilan-keterampilan baru, yang harus juga diraih, dan dikuasai. Dan tantangan ketiga, adalah tool set. Bagaimana pengawas ini memiliki banyak kemampuan untuk menggunakan perangkat teknologi digital, dll.

(Baliekbis.com), Ketua Umum Asosiasi Pengawas Seluruh Indonesia (APSI) Pusat Dr. Agus Sukoco, M.M. mengatakan APSI siap memberi pendampingan dalam mengelola sekolah yang efektif.

“APSI sekarang ini mesti lebih inovatif dan selalu bergerak dinamis dan harus memiliki sebuah kompetensi baru. Karena itu APSI akan terus bertransformasi, sehingga ke depan menjadi pengawas-pengawas yang profesional,” ujar Ketua Umum APSI Agus Sukoco Munas V dan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) XX APSI, di Paradiso Hotel Kuta, Kamis (13/10) malam.

Panitia Pelaksana Ngakan Putu Suarjana yang juga Ketua APSI Bali (2021-2026) mengatakan Munas V dan peringatan HUT ke-20 APSI di Bali ini akan berlangsung selama 3 hari dari tanggal 13-16 Oktober 2022, diikuti 473 peserta dari 34 provinsi di Indonesia. Acara ini digelar di Bali membahas 3 rangkaian munas, yakni memilih ketua baru, ulang tahun APSI karena lahir di Bali pada tahun 2002 silam, dan ketiga transformasi peran pengawas yang disusun dan dikembangkan di dalam anggaran dasar dan rumah tangga yang baru. Munas ini berlangsung sampai Minggu 16 Oktober 2022 yang akan diisi dengan tour mengunjungi objek wisata di Bali, seperti di daerah Bedugul, Tabanan dan Kintamani, Bangli.

Menurut Dr. Agus, sebagai pengawas harus selalu hadir untuk mendampingi sekolah juga guru-guru. Karena itu, Musyawarah Nasional V ini menjadi ajang untuk saling berkolaborasi pada semua pihak, baik secara vertikal maupun secara horizontal. Dalam munas ini, seluruh pengawas dituntut untuk terus belajar, karena pengawasan ini bagian dari sebuah ekosistem di sekolah. “Dengan demikian, pengawasan ini akan menjadi contoh teladan untuk melakukan perubahan-perubahan. “Semuanya bertransformasi untuk menjadi agen-agen perubahan,” ujarnya.

Dijelaskan, perubahan yang dimaksud yakni dalam bertransformasi mulai dari mindset atau cara pikir dari para pengawas. Yang mana kata dia, dulu Iebih banyak berorientasi pada dokumen, tagihan-tagihan atau instruksi, tetapi kini diharapkan menjadi pengawas yang bisa hadir mendampingi.

Ketua Umum APSI Dr. Agus Sukoco

Dalam pendampingan itu, tentu akan muncul tantangan-tantangan baru. “Setelah kita mengetahui guru atau kepala sekolah membutuhkan sesuatu untuk mendukung pembelajaran, maka kita harus dampingi. Misalnya saja pendampingan guru dalam membuat pembelajaran berdiferensiasi kepala sekolah dalam mengelola sekolah yang efektif. Harapannya, antara guru, kepala sekolah dan pengawas menjadi satu kesatuan dalam memajukan pendidikan yang semuanya berorientasi pada anak-anak pendidikan kita,” ucapnya.

Agus Sukoco mengatakan, untuk mewujudkan hal itu, memang masih ada hambatan sekaligus tantangan APSI. Yang mana ada tiga tantangan yang harus dilalui. Pertama, dalam perubahan mindset, baik kepala sekolah dan guru masih memiliki mindset zona nyaman. Artinya, sekarang ada perubahan, tetapi bagaimana perubahan itu dijadikan tantangan untuk terus belajar. Tantangan kedua, adalah skill set yang artinya, ketika ingin zona tumbuh berarti harus ada keterampilan-keterampilan baru, yang harus juga diraih, dan dikuasai. Sementara tantangan ketiga, adalah tool set. Bagaimana pengawas ini memiliki banyak kemampuan untuk menggunakan perangkat teknologi, digital dan sebagainya.

Dengan demikian, lanjut Agus Sukoco pengawas bisa melakukan pendampingan, mentoring, training, dan pembinaan, sehingga bermanfaat bagi kepala sekolah. Jadi transformasi berkaitan dengan ekosistem, dan ekosistem didukung oleh pengelolaan sekolah efektif, dan pengelolaan sekolah efektif tentu dimulai dari pembelajaran paradigma baru yang berdiferensiasi.

“Ini yang penting, karena anak-anak kita yang unik dan beragam, sehingga tidak menggunakan satu pendekatan saja, tetapi harus beragam sesuai dengan karakteristik anak-anak kita. Untuk menjawab tantangan itulah, APSI akan memberikan pendampingan keberagaman guru dan sekolah jika itu berbeda,” paparnya. (bas)