Modern Dance SMA PGRI 4 Meriahkan PB3AS

(Baliekbis.com), PB3AS yang berlangsung Minggu (29/10)   kali ini dimeriahkan oleh siswa-siswi SMA PGRI 4 Denpasar yang mengusung tema “Bahaya Pergaulan Bebas”. Untuk memeriahkan acara mereka menampilkan paduan suara, modern dance, kolaborasi seni bela diri karate, taekwondo, silat serta penampilan joged bumbung.

Semua penampilan tersebut mendapat sambutan meriah dari warga yang hadir di lapangan. Tak lupa siswa SMA PGRI 4 Denpasar yang diwakili Ketua OSIS I Kadek Adi Saputra menyampaikan orasi di podium. Dalam orasinya, Kadek Adi menyampaikan bahayanya pergaulan bebas dan narkoba. Oleh karena itu ia mengimbau kepada para pemuda untuk menjauhi hal tersebut.

Ia menyampaikan beberapa penyebab kenakalan remaja diantaranya disebabikan oleh pengaruh lingkungan yang baik, kurangnya perhatian orang tua dan bisa pula karena pengekangan yang berlebihan dari orang tua. “Oleh karena itu kita perlu mendalami agama untuk mencegah hal buruk tersebut,” ujarnya. Sementara pembicara Nyoman Wisnaya atau Jro Penjor memberi apresiasi terhadap penampilan siswa SMA PGRI 4 Denpasar khususnya di Bulan Bakti Sumpah Pemuda. Menurutnya siswa-siswi perlu menghayati Sumpah Pemuda.

Ia menambahkan kebhinekaan di Indonesia harus dirajut dengan nilai Sumpah Pemuda, yakti satu tanah air, satu bahasa dan satu bangsa. Ia mengingatkan agar kita tidak membuat sekat, baik itu agama, ras, etnis, suku, dsb. Terkait hari Raya Galungan ia mengajak untuk membuat penjor sederhana, mengingat masih ada warga yang terkena musibah dan harus mengungsi. Sedangkan Ida Bagus Putu Sudiarta dari FORMI Bali mengajak anak muda untuk menyalurkan bakatnya di bidang senam dan panco. Menurutnya ini salah satu cara untuk menciptakan generasi muda yang sehat dan tidak terjerat pergaulan bebas.

FORMI Bali menurutnya akan mendukung generasi muda yang ingin berkecimpung di bidang-bidang tersebut. “Saluran yang tepat untuk remaja salah satunya ya gulat tangan ini,” katanya. Ia juga menyoroti soal kebijakan literasi yang tak sejalan dengan kemampuan baca anak. Menurutnya masih ada kekurangsinkronan kebijakan ketika ingin menerapkan budaya literasi khususnya di tingkat dasar sementara anak yang baru masuk SD tidak mendapat pelajaran membaca. (sus)