Misbar Sinema Bentara Tayangkan “Cerita Keluarga Akhir Tahun”

(Baliekbis.com), Jelang tutup tahun 2017, Bentara Budaya Bali (BBB) menghadirkan sejumlah film bertema keluarga pada program Sinema Bentara. Masih berkonsep Misbar, nonton film dalam suasana guyub hangat dengan layar tancap, pemutaran film digelar selama dua hari, 15 – 16 Desember 2017 di Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, bypass Ketewel, Gianyar.

Pada hari pertama, Jumat (15/12), Sinema Bentara memutar film Kau dan Aku Cinta Indonesia besutan sutradara Dirmawan Hatta. Selain itu, ada pula We Are Family karya sutradara Siddharth P. Malhotra asal India.

Kau dan Aku Cinta Indonesia, merupakan film produksi 2017 ini berdurasi 105 menit, bercerita mengenai tiga sahabat: Andi, Cahaya dan Ian (ACI). Persahabatan mereka bertiga bukan hanya mengenai cinta dan pertemanan, tapi juga mengenai kecintaan akan musik dan budaya yang mereka miliki masing-masing. Dipimpin oleh seorang Guru musik bernama Pak Jay, mereka harus mengatasi semua masalah pribadi mereka sendiri sebelum mereka mampu bersatu untuk satu tujuan dalam kebersamaan. Selain itu ada juga dinamika konflik keluarga yang harus memisahkan antara Cahaya dan ibundanya (Cici) dalam kurun waktu lama.

Sementara dalam We Are Family, berdurasi 115 menit, mengisahkan tentang Maya yang kini hanya tinggal bersama tiga anaknya setelah berpisah dengan suaminya, Aman. Aman sendiri tinggal dengan kekasihnya, Shreya, tapi ia memutuskan pindah kembali ke keluarganya ketika Maya didiagnosis penyakit kanker. Diproduksi tahun 2010, satu tahun kemudian (2011) film ini menerima penghargaan Best Supporting Actress pada Filmfare Awards.

Secara khusus, film-film yang dihadirkan dalam tematik “Cerita Keluarga Akhir Tahun” ini memang mengetengahkan sinema-sinema tentang keluarga yang dikemas apik, berikut pernak-pernik kehidupannya. Film yang ditayangkan tidak hanya film cerita panjang peraih nominasi dan internasional, namun film pendek yang mengisahkankan pengharapan anak-anak, cita-cita, serta suka-duka keseharian mereka dengan berbagai peristiwa unik yang memikat. Selain itu, akan divisualkan juga bagaimana kecintaan terhadap Tanah Air menjadi bagian penting pertumbuhan masa kanak hingga remaja, cerminan kehidupan komunitas-komunitas tersendiri di Indonesia.

“Sebagai wadah transfer of knowledge, film-film yang akan hadir dalam Sinema Bentara juga akan didalami dengan sebuah diskusi yang mana diharapkan sebuah karya film dapat dikupas secara mendalam dan dijadikan suatu refleksi tersendiri bagi penontonnya” ungkap Vanesa selaku Koordinator Acara Sinema Bentara.

Adapun Sinema Bentara kali ini didukung oleh Bioskop Keliling BPNB Bali Wilayah Kerja Bali, NTB, NTT, Pusat Pengembangan Film RI, Konsulat Jenderal India di Bali, Indian Cultural Centre Bali, Goethe Institut Indonesien dan Udayana Science Club. Tak hanya putar film, pada hari kedua, Sabtu (16/12) digelar pula Diskusi Sinema bersama Anak Agung Ngurah Bagus Kesuma Yudha, S.S, M.Si. Ia merupakan penggiat kreatif asal Bali yang kini berprofesi sebagai film maker, street photographer, dosen, dan musisi.

Sebagai pemantik diskusi, ditayangkan film pendek karya Piet Manuputty, Baju Bola. Berdurasi 10 menit, film ini menceritakan tentang Aksa (9 thn), seorang bocah yang memiliki mimpi menjadi pemain bola profesional kelak ketika ia besar nanti. Satu-satunya benda kesayangannya ialah kaos timnas Indonesia. Dua hari menjelang pertandingan persahabatan antarkampung, pelatih meminta ia dan teman-temannya menyiapkan kaos bola masing-masing. Namun, Aksa mendapati kondisi dimana kaos bola kesayangannya itu hilang entah dimana. Ia terancam tak bisa mengikuti pertandingan. Aksa mencari kemana-mana, mengobrak abrik seisi rumahnya, tapi tidak ditemukan. Akhirnya ia memilih mengambail cara tradisional untuk mengetahui keberadaan kaos kesayangannya. Film ini meraih nominasi dalam Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2016 Kategori Apresiasi Film Anak dan didukung oleh Pusat Pengembangan Film RI.

Sebagai penutup, film Jerman produksi tahun 2006 berjudul Mondscheinkinder arahan sutradara Manuela Stacke. Mengisahkan tentang Lisa mengurus Paul, adik laki-lakinya yang berusia enam tahun dan mengidap penyakit kulit yang aneh dan tak bisa disembuhkan itu, dengan kasih sayang. Setiap sore mereka berdua bermimpi tentang jagat raya. Ketika Lisa, si gadis berusia 12 tahun itu, untuk pertama kalinya jatuh cinta, perasaannya pun jadi gamang antara cinta dan kehawatirannya akan keadaan si adik. Dengan debut film ceritanya ini Manuela Stacke berhasil membuat film yang peka dan puitis tentang hidup, cinta dan tanggung jawab. Film berdurasi 87 menit ini ditayangkan dan menerima penghargaan pada German Children’s-Film & TV-Festival 2007, Max Ophüls Festival 2006, dan Skip City International D-Cinema Festival 2007. (ist)