Meriah Perpisahan Peserta Didik PKBM Niti Mandala Club

(Baliekbis.com), Acara perpisahan dan pelepasan 118 peserta didik Paket C (SMA), Paket B (SMP) dan Paket A (SD) PKBM Niti Mandala Club Tahun Ajaran 2018/2019 berlangsung meriah dengan berbagai hiburan yang dibawakan anak-anak peserta didik. 

Acara perpisahan yang mengangkat tema “Memupuk Persatuan di Tengah Keberagaman”, Kamis (20/6/2019) di Gong Resto Kawasan Desa Budaya Kertalangu itu dihadiri Kadisdikpora Kota Denpasar Wayan Gunawan, tokoh masyarakat yang juga Anggota DPRD Kota Denpasar AAN Gde Widiada, Direktur PKBM Niti Mandala Club (NMC) Helena Hale,SPd. serta ratusan undangan yang hadir.

Dalam acara perpisahan berbagai kegiatan ditampilkan siswa PKBM NMC yang sebagian merupakan anak berkebutuhan khusus. Sebab di NMC ini selain menerima anak putus sekolah, juga ada yang berkebutuhan khusus. Di luar dugaan, hiburan seperti fashion show,  tarian topeng dan kesenian lainnya  yang ditampilkan anak-anak NMC sempat memukau ratusan peserta yang hadir.

“Penampilan anak-anak sangat luar biasa. Ini di luar dugaan. Kami sangat salut dengan pendidikan yang dilaksanakan NMC,” ujar tokoh masyarakat AAN Gde Widiada dalam sambutannya. Bahkan Anggota Dewan Kota Denpasar dari Partai NasDem ini menyatakan sangat tertarik dan siap mendukung PKBM ini.

“Kami siap mendukung untuk kelancaran dan kemajuan NMC,” tegas politisi asal Puri Peguyangan ini seraya mengingatkan agar anak-anak ke depannya bisa terus meningkatkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Pada kesempatan itu, Widiada juga mengajak seluruh komponen agar memberi perhatian bagi anak-anak, apalagi ada yang berkebutuhan khusus.

Hal senada juga disampaikan Kadis Pendidikan Kota Denpasar Wayan Gunawan mengatakan pihaknya siap mendukung upaya-upaya dalam upaya meningkatkan pendidikan masyarakat di Kota Denpasar.

Ketua PKBM NMC, Helena Hale,S.Pd.  mengatakan, yayasan ini berdiri sejak tahun 2002 lalu. Helena mengungkapkan mereka rata-rata yang menempuh penyetaraan di sana. Ada yang berkebutuhan khusus, putus sekolah karena masalah keluarga, dan memang putus sekolah pada usia sekolah. “Kami lebih lebih memfokuskan pada pembelajaran pengembangan mental dan karakter siswa. Karena mereka sebagian besar butuh perhatian dan memang orangnya pintar-pintar semua,” jelasnya.

Para siswa juga diajak belajar menyanyi, menari, membuat kerajinan, dan ada program kelas bahasa Inggris. Di samping itu mereka diimbangi dengan belajar secara formal sekitar 40 persen, sehingga dalam mengikuti ujian nasional dapat diikuti dengan baik. (bas)