Menjaga Seni Etnik Versi Balawan

(Baliekbis.com), “Kemajuan zaman tak melulu menjadi suatu ancaman bagi seni tradisi, ternyata. Justru arus globalisasi dapat mengemas seni tradisi menjadi suatu yang unik dan menarik. Yang penting kita punya kemauan berkarya seni,” tutur musisi I Wayan Balawan. Pagelaran Seni Musik Etnik pada Ajang Bali Mandara Mahalango ke-V di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar, Jumat (10/8) malam menampilkan Balawan dan Bumi Gamelan Orchestra. Aksi panggung Balawan bersama rekan tak pernah benar-benar sama. Sekalipun lagu yang dibawakan serupa dengan pementasan sebelumnya, nuansa yang ditawarkan jelas berbeda. Kali ini, proses berkesenian menjadi pilihan Balawan sebagai konsep aksi panggungnya. “Sebab dari sisi seniman, pentas yang sebenarnya dimulai dari saat mereka berkumpul, latihan, interaksi, dan menciptakan ide-ide,” ungkap Balawan di sela-sela pementasan.

Dalam pementasan itu, mereka menggabungkan barungan gamelan Gong Semar Pegulingan dan beberapa instrumen musik barat seperti gitar, keyboard, bass, juga drum. Penataan komposisi musiknya berawal dari teknik permainan Gitar yang ditransfer ke teknik permainan gamelan Gong Semar Pagulingan. Nada yang yang diperdengarkan melalui Gong Semar pegulingan menggunakan nada standar yang sama seperti nada dalam tunning alat musik keyboard. Lantunan musik yang berangsur lambat hingga yang bertempo cepat, sukses mengundang decak kagum bagi siapa saja yang melihatnya kala itu. Terlebih suara para penyanyi nan indah yang menyertai lantunan musik itu semakin membuat penonton terkagum-kagum. Klop sudah. Apalagi turut hadir Cedil versi Jepang semakin menambah semaraknya pertunjukan malam itu.

Aksi kelompok itu bukan sekadar pertunjukan seni musik biasa. Ada edukasi dalam mengaransemen musik yang mereka tawarkan. Melalui itu mereka mengajak penonton menjaga, mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan. Tatkala kemauan itu membuncah dari segala penjuru, Balawan menuturkan, “tradisi harus kuat tapi tetap membuka diri untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Jadi tidak harus saklek.” Dan saat perkembangan kemajuan zaman menghampiri, menurut Balawan kita jangan sampai kehilangan jati diri melainkan mampu melihatnya sebagai peluang. Penampiln nan spektakuler Balawan bersama rekan ternyata juga menghipnotis Kadek Wahyudita, Pengamat seni Bali Mandara Mahalango. Dirinya mengakui kepiawaian mereka dalam bermain musik. Keselarasan bermain musik antara Balawan dengan rekannya sudah enak. “Hanya saja pengemasan panggung perlu lebih diperhatikan lagi. Dimana dapat dikemas lebih menarik lagi,” tutur Kadek Wahyudita. Apreasiasi lainnya dari Wahyudita adalah penampilan Balawan malam itu mampu mengedukasi cara mengarasemen musik (gfb)