Mengapa Bendera Kaum Gay Berwarna Pelangi?

(Baliekbis.com), Setelah peristiwa tragis di Orlando, sebuah gambar telah muncul sebagai lambang solidaritas. Kelly Grovier melihatnya sebagai gambar yang melambangkan ‘jiwa masyarakat yang tercabik.’ Mendadak, lambang itu ada di mana-mana; terbentang di sepanjang balkon, melambai dari antena mobil, dan disematkan di kerah jaket di seluruh dunia sebagai tampilan bergerak dari solidaritas terhadap komunitas yang diteror secara brutal pada Juni lalu setelah serangan seorang fanatik di sebuah klub malam kaum gay di Orlando, Florida, AS.

Secara sekilas, bias ceria dari bendera pelangi itu terlihat sebagai respon cerah yang aneh atas penembakan massal paling brutal dalam sejarah AS itu. Tetapi saat kita melihat garis-garis cerianya yang menyatukan komunitas-komunitas di seluruh dunia, layaklah berhenti sejenak guna merenungkan asal muasal simbol yang akhirnya menjadi status ikonik hampir 40 tahun lalu oleh tragedi. Menurut aktivis gay Amerika Serikat, Gilbert Baker, yang dikenal karena menciptakan lambang itu pada akhir 1970an, ide di belakang disain berani bendera itu muncul pada tahun 1976 – ketika Amerika Serikat merayakan dua abad kemerdekaannya.

Sebuah pita berwarna merah muda terang (mewakili seksualitas) melintang di bagian atas bendera dengan skema asli, diikuti oleh merah (yang mewakili kehidupan), lalu oranye (untuk penyembuhan), kuning (sinar matahari), hijau (alam), turquoise (keajaiban), indigo (ketenangan) dan ungu (semangat) di bagian bawah. Tahun 2015, Facebook memperkenalkan simbol pelangi setelah keputusan Mahkamah Agung AS yang mengesahkan pernikahan sesama jenis di seluruh AS.

Tetapi reaksi terhadap orientasi seks seperti itu di Rusia dan Timur Tengah, dan peristiwa di Orlando, merupakan pengingat bahwa ini bukan hanya sebuah bendera perayaan. Meskipun tampak bersemangat dalam desainnya, karya Baker tetaplah dijalin dan diwarnai oleh rasa sakit. “Bendera-bendera itu”, demikian Baker saat ulang tahun ke 20 kelahiran simbol pelangi, “adalah jiwa masyarakat yang tercabik.” (ist)