Memprihatinkan, Dua dari Tiga Remaja Merokok

(Baliekbis.com), Jumlah perokok pemula belakangan ini terus meningkat. Bahkan dua dari tiga remaja berusia 15 tahun ke atas kedapatan merokok.  Kasubdit Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Direktorat Pencegahan dan Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI H. Zamhir Setiawan mengatakan hal itu di sela-sela Workshop ”Pengendalian Rokok dengan Pengaturan Sistem Penjualan dan Larangan Iklan,Promosi dan Sponsorship (TAPS BAN) yang berlangsung, Kamis (26/4) di Hotel Grand Ina Kuta.

Dikatakan Zamhir Setiawan penyebab anak merokok selain karena faktor lingkungan seperti meniru orangtua, pergaulan dan harga rokok yang relatif murah. Selain remaja, perokok juga merambah kelompok masyarakat lainnya seperti pegawai bahkan tenaga kesehatan. “Ya merokok ini sudah merambah berbagai kalangan termasuk juga ada dokter,” tambah dr. Putu Ayu Swandewi Astuti, MPH dari FK Universitas Udayana saat ditanya adanya dokter yang juga perokok.

Menurut Swandewi tingginya jumlah perokok ini selain karena maraknya iklan rokok yang mudah dilihat juga harganya yang terbilang terjangkau. “Harga rokok mulai Rp 12 ribu hingga 25 ribu masih bisa dijangkau. Apalagi banyak yang bisa dibeli secara ketengan dengan harga Rp 1.500 per batang,” ujarnya. Dari penelitiannya ditemukan 62 persen rokok dijual ketengan dan banyak remaja yang membeli rokok secara patungan. Ditanya dampak dari merokok ini diakui cukup tinggi. Bahkan setiap tahunnya ada 240 ribu yang meninggal yang diakibatkan oleh rokok ini.

Sementara pembicara Dr. Becky Freeman dari The University of Sydney mengatakan cukup banyak tantangan yang dihadapi dalam mengurangi pengguna rokok. Pasalnya selain besarnya industri rokok juga pengaruh iklan rokok. “Meski di Australia iklan rokok dilarang, tapi orang bisa melihat iklan di internet di negara lain,” ujarnya. Di Indonesia sendiri menurut dr. Swandewi, iklan rokok masih dengan mudah bisa dilihat baik yang ada di dalam ruang maupun di luar ruang. “Penempatan iklan rokok sengaja di lokasi strategis sehingga mudah dilihat,” jelasnya.

Mengurangi pengguna rokok, menurut dr. Becky maupun dr. Swandewi bisa dilakukan dengan menaikkan harga rokok dan cukai rokok serta membatasi tempat-tempat penjualan rokok maupun iklan rokok.  Saat ini diakui pedagang yang menjual rokok sangat banyak. Bahkan dalam jarak 250 meter bisa terdapat puluhan pedagang yang menjual rokok. Dalam sesi tanya jawab, sejumlah peserta mengungkapkan upaya untuk menekan perokok akan sangat sulit kalau industri rokok masih ada dan kebijakan pemerintah tidak tegas. “Ini seperti ular naga, ekornya dipegang, tapi kepalanya bebas,” ungkap salah seorang peserta. (bas)