Melalui Saresehan, Ibu Pastika Gugah Pemahaman Soal Bebantenan

(Baliekbis.com), Minimnya pengetahuan tentang makna banten oleh masyarat disoroti oleh Ketua Tim Penggerak PKK Prov Bali, Ny. Ayu Pastika. Untuk itu, pendamping orang nomor satu di Bali ini berinisiatif untuk menggelar Sarasehan Banten, serangkaian dengan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39, di Taman Budaya, Denpasar (25/6/2017). Dalam acara yang dipandu oleh Kepala Dinas Kebudayaan Prov Bali, Dewa Beratha dan menampilkan pembicara Ida Pedanda Gede Made Putra Kekeran dari Griya Kekeran Blahbatuh, Gianyar, Ayu Pastika berharap masyarakat yang datang menyaksikan acara tersebut bisa mengetahui makna sebenarnya dari banten yang dibuat sehari-hari, bukan hanya membuat banten sebagai simbul Yadnya saja. “Saya harap setidaknya masyarakat terutama para ibu-ibu bisa mengetahui makna banten yang dibuat sehari-hari, jadi para ibu-ibu tidak hanya membuat banten, tapi bisa memaknai tiap item banten itu sendiri,” jelasnya. Lebih lanjut, Ayu Pastika yang juga turut didampingi oleh Ny. Dayu Sudikerta berharap, masyarakat Bali bisa membuat banten yang memang sesuai dengan sastra sebagi sumbernya.

“Jadi ke depan, masyarakat membuat banten yang memang sesuai dengan sastra. Karena kadang kita lihat fenomema jika banyak penambahan item pada pembuatan banten, namun bisa sampai melupakan bagian terpenting dari banten itu sendiri,” imbuhnya. Dalam acara yang turut juga dihadiri oleh segenap Ketua tim penggerak kabupaten/kota se-Bali, Ayu Pastika ingin masyarakat mulai bisa membuat banten yang sesuai sastra, apalagi dalam acara tersebut juga dijelaskan bagaimana langkah-langkah pembuatan banten. Sementara itu, sesuai dengan tema PKB kali ini yaitu “Ulun Danu, Melestarikan Air Sebagi Sumber Kehidupan”, Ida Pedanda Gede Made Kekeran menyampaikan tema Dharma Wacana yang bertajuk ‘Air (Apah) Sebagai Penyucian Diri Lahir Batin untuk Memperoleh Dirga Ayu dan Dirga Yusa’. Ia memaparkan bagaimana pentingnya air dalam kegiatan beragama di Bali. Begitu pentingnya sehingga Agama Hindu di Bali juga dijuluki sebagai Agama Tirta, yang maksudnya upacara di Bali tidak akan tuntas tanpa Tirta. Beliau menyoroti salah satu dari pentingnya air bagi umat Hindu di Bali adalah untuk menghilangkan pengaruh terhadap diri kita, baik itu pengaruh buruk terhadap jasmani maupun rohani dengan melakukan penglukatan. Selain itu, untuk mendapatkan kedirga-yusaan dan kedirga-ayuan, perlu melakukan ritual yang menggunakan air sebagai sarananya, yaitu bayuh Oton. Dalam bayuh Oton, tiap manusia mempunyai juga sarana bantennya sendiri, sesuai dengan hari lahirnya, atau weton. Karena dalam tiap oton mempunyai banten sesayut sendiri-sendiri, sehingga dalam kesempatan itu juga dilakukan tutorial pembuatan tujuh banten sesayut yang berbeda. (ist)