Masalah Terminal Mengwi, Bali Bisa Belajar dari Surabaya

(Baliekbis.com), Belum maksimalnya fungsi terminal Mengwi perlu segera dicarikan jalan keluarnya. Sebab keberadaan terminal terbesar di Bali ini bukan saja penting bagi pelayanan masyarakat penumpang juga menyangkut penghidupan ratusan sopir di sana. “Masalah terminal Mengwi mirip dengannya terminal di Surabaya ketika terjadi pemindahan. Namun di sana bisa berjalan dengan baik. Kita bisa memetik pengalaman yang terjadi di Surabaya,” ujar Ketua Organda Bali Ketut Eddy Dharmaputra, Selasa (3/4) saat diminta konfirmasinya soal sepinya terminal Mengwi akhir-akhir ini. Eddy mengakui kondisi dan permasalahan di terminal Mengwi dan melihat ada beberapa faktor penyebabnya di antaranya belum adanya simpul jaringan trayek dari dan ke terminal Mengwi yang terintegrasi.

“Yang ada saat ini sifatnya masih parsial. Padahal di terminal Mengwi ada banyak moda transport yang siap melayani penumpang,” ujarnya. Akibatnya keberadaan transportasi di terminal seperti Sarbagita, APV, dan taksi menjadi belum maksimal pemanfaatannya. Mestinya terminal Mengwi ini bisa juga sebagai “stop over” sama halnya yang ada di Sentral Parkir, Kuta. “Jadi kendaraan umum yang datang masuk ke terminal dulu, baru penumpang lantas didistribusikan lewat transport yang sudah tersedia sesuai tujuan penumpang,” ucapnya. Menurut Eddy kondisi riil yang terjadi saat ini, karena minimnya jaringan trayek ke terminal Mengwi sehingga mengakibatkan banyak penumpang yang naik melalui gudang atau pool bis. Kondisi ini dianggap tidak menguntungkan bagi angkutan yang ada di terminal.

Masalah lainnya banyaknya angkutan antar jemput penumpang (AJAP) “door to door” yang berkeliaran tanpa izin yang jumlahnya ratusan. Ini yang juga menjadi salah satu penyebab lesunya AKAP yang berada dalam terminal. “Yang kita inginkan bagaimana menyikapi persoalan ini dimana AKAP bisa berjalan dengan baik, terminal pun bisa menggeliat,” katanya.

Eddy berharap adanya solusi, terobosan-terobosan baru supaya terminal Mengwi bisa dikembalikan seperti tujuan awal. Diakui beberapa waktu lalu DPRD Provinsi Bali sempat ke Jakarta bertemu dengan Dirjen Perhubungan Darat dan dijanjikan akan diberikan bantuan kendaraan untuk bisa menyiasati trayek baru lagi ke beberapa tujuan. “Tapi itu kan baru janji dan memakan waktu lagi, padahal sekarang ini yang dihadapi kan persoalan perut,” tukasnya.

Eddy mencontohkan soal keberadaan terminal Bungurasih, Sidoarjo. Menurutnya perpindahan terminal tersebut tidak menimbulkan masalah, pasalnya simpul simpul angkutan menuju ke Bungurasih dari berbagai daerah sekitar sudah tersedia. Namun hal terbalik yang terjadi di terminal Mengwi. “Dari situasi itulah sebenarnya yang perlu kita sikapi dan melakukan pendekatan, bagaimana menyediakan simpul simpul itu. Kalau sampai AKAP redup buat apalagi ada terminal,” tandasnya. Untuk itulah Eddy yang juga pengusaha bis AKAP ini meminta peran pemerintah dalam mendorong sinergitas tata kelola transportasi di Bali, baik itu terminal, pengusaha, dan masyarakat.(bas)