Mangku Pastika: Jangan Paksa Pengungsi Pulang

(Baliekbis.com), Meski Gunung Agung kini berstatus Siaga, pemerintah takkan memaksa pengungsi kembali ke kampung halamannya. “Mau pulang silakan. Tetap tinggal di pengungsian juga gak apa. Tak boleh main paksa,” ujar Gubernur Bali Mangku Pastika didampingi Karo Humas Dewa Mahendra saat memberi keterangan kepada puluhan wartawan di Renon, Senin (30/10) terkait perkembangan status Gunung Agung.

Gubernur menegaskan takkan ada yang dirugikan terkait bertahannya warga di pengungsian. “Tidak ada keuntungan dan tidak ada kerugian. Memang kita ini dagang yang harus untung atau rugi. Ini kewajiban pemerintah untuk urus warganya dengan sebaik-baiknya,” ujar Gubernur menjawab wartawan sehubungan adanya hitung-hitungan kerugian sampai Rp 2 triliun akibat adanya warga yang mengungsi tersebut. Memang tambah Gubernur setiap harinya untuk kebutuhan logistik pengungsi seperti beras diperlukan sampai 50 ton. Dengan asumsi setiap jiwa menghabiskan sepertiga kilo beras perharinya, maka dengan adanya sekitar 170 ribu pengungsi dihabiskan beras sampai 50 ton per hari. “Kita tak pernah hitung soal itu. Saya tidak tahu siapa yang hitung sampai ada kerugian sekitar Rp 2 triliun. Dari mana angka itu,” tegasnya. Gubernur mengakui memang cadangan beras dari pemprov maupun pemkab yang hanya sekitar 500 ton itu sudah habis. Namun hal itu tak masalah sebab untuk logistik pengungsi juga didukung beras dari pusat. “Jumlahnya ribuan ton. Tapi berapa riilnya saya tak tahu,” tegas Pastika.

Meski tak ada keinginan untuk mengaak warga kembali ke kampungnya, Gubernur mengaku prihatin dengan kondisi warga kalau terus menerus di pengungsian. Sebab warga tak bisa bekerja. Dan yang namanya di pengungsian itu kan kondisinya tidak normal. “Namun kita tak boleh main paksa. Silakan saja kalau warga mau bertahan di pengungsian atau memilih pulang. Kita tak masalah,” tegasnya. Selain masalah Gunung Agung, pada kesempatan tersebut Gubernur juga mengingatkan pentingnya makna hari raya Galungan yang jatuh pada Rabu (1/11) nanti. “Yang penting dalam merayakan Galungan itu hati harus bersih, tulus iklas, jangan sombong. Dan harus berbagi. Sebab banyak warga yang hidupnya masih kurang. Saat inilah kita harus berbagi,” ujar Pastika yang mengaku kerap memilih mendatangi warga miskin ketimbang pulang kampung saat Galungan.

Sebelumnya Karo Humas Dewa Mahendra dalam siaran persnya mengatakan setelah 37 hari berada di level IV (Awas) pada 22 September 2017, akhirnya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) menurunkan level status Gunung Agung menjadi Level III (Siaga) pada Minggu (29/10) pukul 16.00 Wita.  Meskipun status aktivitas Gunung Agung telah diturunkan ke Level III (Siaga), namun aktivitas vulkanik Gunungapi Agung belum mereda sepenuhnya dan masih memiliki potensi untuk meletus. Pascaditurunkannya status Gunung Agung menjadi Level III (Siaga) maka radius bahaya yang semula 9 km kini menjadi 6 km dari Kawah Puncak Gunung Agung dan ditambah perluasan sektoral dari sebelumnya 12 km kini menjadi 7.5 km.

“Daerah terdampak yang terdapat di dalam radius 6-7,5 km antara lain Dusun Br. Belong, Pucang, dan Pengalusan (Desa Ban); Dusun Br. Badeg Kelodan, Badeg Tengah, Badeg Dukuh, Telunbuana, Pura, Lebih dan Sogra (Desa Sebudi); Dusun Br. Kesimpar, Kidulingkreteg, Putung, Temukus, Besakih dan Jugul (Desa Besakih); Dusun Br. Bukitpaon dan Tanaharon (Desa Buana Giri); Dusun Br. Yehkori, Untalan, Galih dan Pesagi (Desa Jungutan); dan sebagian wilayah Desa Dukuh. Sehingga, sekitar 47rb jiwa yang berasal dari daerah tersebut masih harus berada di pengungsian,” tambahnya.(sus)