Mangku Pastika Beri Nama ‘Putu Mandara dan Made Mandari’ untuk Bayi Komodo yang Lahir di Taman Bali Safari

Bagi yang ingin melihat komodo kini tak perlu jauh-jauh dan dengan biaya mahal. Karena hewan langka itu kini bisa dilihat di Bali Safari and Marine Park Gianyar. Bahkan di taman yang sejuk ini bisa dilihat puluhan komodo termasuk belasan bayi komodo yang menetas belum lama ini.

(Baliekbis.com), Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. dalam reses ke Taman Bali Safari (Bali Safari and Marine Park) Gianyar diminta memberi nama bayi komodo yang berhasil dilahirkan di taman tersebut.

“Saya beri nama Putu Mandara untuk bayi jantan komodo dan Made Mandari untuk yang betina,” ujar Mangku Pastika yang secara mendadak diminta pihak manajemen setempat untuk memberi nama bayi-bayi komodo yang lahir empat bulan lalu.

Spontan, Mangku Pastika langsung memberi nama ‘Mandara’ untuk dua bayi tersebut. Kepada General Manager Taman Bali Safari Marcel Driessen yang didampingi Operational Manager I Ketut Suardana dan
Ayudis Husadhi selaku Husbandry Manager, Drh. Yohana Kusuma – Animal Health Manager serta drh. I Kadek Kesuma selaku Curator, Mangku Pastika menjelaskan arti ‘mandara’ tersebut.

“Mandara itu memiliki arti ‘Besar’, ‘Agung’ -Great. Mandara juga bermakna ‘Aman, Damai dan Sejahtera’. Jadi nama itu cocok untuk bayi komodo ini,” ungkap Gubernur Bali 2008-2018 yang tak menduga sebelumnya kalau di taman seluas 40 hektar itu bisa hidup komodo. Bahkan berkembang biak.

Sebagaimana dijelaskan Marcel, telah lahir 16 anak komodo dari delapan indukan yang ada di taman tersebut. Bahkan belasan bayi komodo yang berhasil menetas dari telurnya ini merupakan satu-satunya di dunia kelahiran secara natural di luar habitatnya.

Dijelaskan petugas setempat, telur komodo itu menetas secara alami di lingkungan pemeliharan seluas sekitar 10 are. Ada 8 indukan komodo. “Maret lalu menetas 16 bayi komodo semua selamat dan kini sudah tumbuh bagus dengan berat rata-rasa sekitar 350 gram di umur sekitar empat bulan,” tambah Ayudis Husadhi selaku Husbandry Manager.

Dengan lahirnya belasan bayi komodo ini, otomatis menambah koleksi di Taman Bali Safari yang saat ini memiliki 100 spesies dengan sekitar 900 lebih individu. Taman ini juga dilengkapi dengan berbagai jenis ikan.

Selain komodo yang berkembang, sebelumnya beberapa hewan di taman ini juga berhasil dikembangkan, seperti Jalak Bali serta gajah yang kini jumlahnya mencapai 33 ekor dari 28 ekor awalnya.

Mangku Pastika menyatakan kekagumannya kepada pihak Bali Safari yang sangat konsen melestarikan hewan serta lingkungan di kawasan sejuk ini.

“Rasanya kurang lengkap kalau gak ke Bali Safari, sebab di sini bukan hanya lihat binatang juga lihat budaya (teater). Ini aset, bukan saja bagi perusahaan juga aset Bali. Apa lagi ada teaternya dimana gajah naik panggung, juga harimau. Ini keren. Jadi saya sebenarnya datang untuk melihat seperti apa kondisinya terutama hewan-hewan yang ada di saat pandemi ini,” tandas mantan orang nomor satu di Bali ini yang datang dalam rangka reses, Sabtu (23/7). Reses mengangkat tema “Pengawasan UU No.18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan” dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja.

Pihak manajemen menjelaskan ketika pandemi Covid-19, kondisinya cukup berat sebab tak ada kunjungan. Sementara biaya pakan dan perawatan kesehatan (obat dan suplemen) cukup tinggi karena sebagian diimpor. Karena itu diambil terobosan dengan sebagian menggunakan bahan lokal, termasuk mengembangkan pakan di lahan yang ada. Sehingga kehidupan hewan tetap terpelihara dengan baik. Untuk gajah saja diperlukan pakan sekitar 6 ton per harinya.

Mangku Pastika mengatakan Covid ini melahirkan kreativitas dan membuat kita berpikir lebih inovatif.

“Kalau perlu tiap karyawan nanti tanam satu pohon papaya dan diisi namanya sekaligus punya tugas merawat sehingga bisa hemat pakan,” saran Mangku Pastika setelah mendengar ada 560 lebih karyawan yang bekerja di taman safari ini. (bas)