Manajemen Hardys : Jangan Takut Buka Ritel Lokal

(Baliekbis.com), Kendati mengalami perlambatan pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir, peluang di industri ritel sebenarnya masih terbuka lebar. Apalagi ritel lokal yang masih dicari, diminati dan “disayang” masyarakat setempat. “Pengusaha lokal jangan takut membuka  ritel lokal dan bersaing dengan ritel nasional. Masyarakat masih rindu dengan ritel lokal yang tahu taste daerah,”kata Komisaris PT Arta Sedana Retailindo Putu Suadnyana ritel lokal akan selalu d saat ditemui usai pembukaan kembali Hardys Gatot Subroto (Gatsu), Denpasar, Jumat (6/7/2018). Menurut pria berkacamata ini, ada sejumlah kelebihan ritel lokal yang bisa menjadi keunggulan kompetitif dibandingkan dengan ritel nasional.

Pertama dari sisi kecepatan pengambilan keputusan operasional bisnis. Ritel lokal lebih cepat mengambil keputusan karena tidak melalui mekanisme pengambilan keputusan berjenjang dan tidak perlu persetujuan kantor pusat. Sedangkan ritel nasional yang beroperasi di daerah pola pengambilan keputusannya lebih banyak sentralistik dari kantor pusat, misalnya di Jakarta. “Mereka (ritel nasional-red) kalah cepat dalam mengambil keputusan. Misalnya mau memutuskan menurukan harga, mereka harus menunggu keputusan kantor pusat. Kalau ritel lokal  bisa lebih cepat. Dalam satu hari bisa turun harga,” papar Suadnyana.

Kedua, dari sisi kedekatan dengan masyarakat atau konsumen lokal serta pemahaman kebutuhan dan karakteristik masyarakat. Ritel lokal tentu lebih dekat dengan masyarakat. Mereka juga lebih bisa memahami selera masyarakat dengan lebih baik dibandingkan ritel nasional yang mungkin harus melakukan riset sebelum memutuskan membuka gerai atau outletnya. Ketiga, dari sisi dukungan pemerintah setempat. Tentu pemerintah daerah akan menyambut baik kehadiran ritel lokal yang dinakhodai pengusaha lokal dibanding dengan ritel nasional. Sebab pengusaha lokal tentu bisa lebih banyak berkontribusi pada pembangunan ekonomi lokal dan tidak ada capital flight (larinya hasil usaha atau modal ke luar daerah).

“Dengan berbagai keunggulan ritel lokal tersebut kami ajak pengusaha Bali jangan takut buka ritel. Peluang masih terbuka lebar,” tegas Suadnyana. Optimisme tersebut juga membuat Hardys bangkit kembali setelah sempat sejumlah outletnya ditutup awal Januari tahun 2018 lalu. Mengusung pendekatan dan pola baru melalui kemitraan dengan UMKM disertai produk baru dan pelayanan prima, animo masyarakat terhadap dibuka kembalinya Hardys cukup tinggi. Pola kemitraan dengan UMKM ini terbukti mengangkat kinerja penjualan Hardys. Contohnya di Hardys Singaraja yang baru dibuka kembali Mei lalu nilai penjualan mencapai 200 persen dari target yang dulu dicapai saat sebelum ditutup. Keberhasilan di Singaraja membuat Hardys berani membuka outlet baru di Tabanan awal Juni lalu. Nilai penjualannya juga menggembirakan. Bahkan di luar dugaan bisa mencapai 250 persen dari target dengan total lebih dari 9.000 kunjungan dalam sebulan. “Banyak orang pesimis Hardys bangkit. Tapi buktinya animo masyarakat sangat tinggi saat Hardys buka kembali. Kami yakin ini bisa berkontribusi pada pertumbuhan di industri ritel, ” tambah Suadnyana. (wbp)