Maknai Hari Pahlawan, BEM UNHI Gelar Lomba Musikalisasi Puisi

(Baliekbis.com), Merayakan Hari Pahlawan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Hindu Indonesia (UNHI) menyelenggarakan Lomba Musikalisasi Puisi untuk tingkat SMA/SMK se-Bali. Lomba berlangsung di Bentara Budaya Bali (BBB), Sabtu (10/11).  Ketua Panitia kegiatan, Ni Luh Puspasari, menyampaikan bahwa lomba yang merujuk tajuk “Pelestari Seni dan Budaya, Pahlawan Baru Bangsa” ini diniatkan untuk membuka ruang kreativitas dan apresiasi seluasnya bagi generasi muda melalui ragam kesenian kolaboratif yang lintas bidang.

“Ini merupakan Lomba Musikalisasi Puisi pertama yang diselenggarakan BEM UNHI. Melalui kegiatan ini kami berharap dapat mengembangkan wawasan generasi muda dalam berkreativitas dalam bidang seni, khususnya sastra. Semoga kegiatan lomba ini dapat kami laksanakan rutin setiap tahunnya, “ ujarnya.  Musikalisasi puisi memang tidak saja mengedepankan unsur-unsur susastra dalam puisi, namun mempertautkan pula seni musik dan pemanggungan atau seni panggung.

Adapun peserta lomba tercatat tujuh kelompok, antara lain: SMK Saraswati 1 Denpasar, SMK Negeri 4 Denpasar, SMA Negeri 2 Semarapura, SMA Negeri 2 Kuta, SMA Negeri 1 Kuta Utara, SMA Negeri 3 Denpasar dan SMA SLUA Saraswati Denpasar.  Masing-masing peserta membawakan dua buah puisi, terdiri dari puisi berbahasa Indonesia dan puisi berbahasa Bali. Di antara puisi pilihan tersebut antara lain, Matinya Seorang Penyair (Subagio Sastrowardoyo), Padine Kuning (Wayan Jendra) dan Goa Lawah (Ketut Rida).

Tampil sebagai Juara I yakni SMA Negeri 3 Denpasar. Sementara Juara II dari SMA Negeri 2 Kuta dan Juara III diraih SMK Saraswati 1 Denpasar.  Adapun Juara Harapan I diraih SMA Negeri 1 Kuta Utara, Juara Harapan II SMK Negeri 4 Denpasar dan Juara Harapan III SMA Negeri 2 Semarapura.  Kriteria yang menjadi pertimbangan dan penilaian dalam lomba antara lain: aransemen musik, vokal, harmonisasi, penghayatan, totalitas, serta utamanya kemampuan peserta menampilkan pemaknaan puisi yang sesungguhnya.

Dewan juri yang terdiri dari Ida Bagus Martinaya (Gus Martin), Wendra Wijaya, serta Wayan Sumahardika, dalam catatan dan pertanggungjawaban juri menyampaikan, bahwa masih banyak hal yang perlu ditingkatkan oleh para penampil,baik dari segi teknik maupun cara peserta membawakan musikalisasi puisi di atas panggung.

Salah seorang juri, Wendra Wijaya, menekankan pula pentingnya upaya memahami dan mendalami makna puisi sehingga dapat membangun suasana musikalisasi yang tepat serta menjadikannya satu kesatuan yang utuh. “Ketika akan memusikalisasikan sebuah puisi, maka kita harus bisa menemukan suasana dari puisi tersebut, dan berangkat dari penggalian suasana bait demi bait itulah kemudian kita rakit kembali menjadi satu kesatuan yang utuh,” ungkap Wendra yang memang telah lama getol menekuni musikalisasi puisi.

Sementara itu, Wayan Sumahardika memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan lomba ini, juga para peserta yang terlibat.  Namun di sisi lain ia juga menambahkan, bahwa salah satu tantangan sekaligus juga menjadi kelemahan generasi muda kini yang menekuni musikalisasi puisi yakni berkurangnya tradisi bersastra dan rasa takjub pada puisi.

“Tugas kita sebagai seorang pemusikalisasi puisi bukan saja memusikalisasikan puisi, tapi pertama-tama adalah menemukan keunikan dari sebuah puisi. Maka penting untuk kita memiliki rasa takjub pada puisi,  agar kita bisa menawarkan pencapaian yang berbeda dalam setiap karya musikalisasi puisi yang diciptakan, tuturnya. (ist)