Mahasiswi STIKOM Bali Masuk Top Ten Miss ASEAN Friendship di Vietnam

(Baliekbis.com), Mahasiswi STIKOM Bali Ni Luh Putu Lilyk Rahmawati menyabet penghargaan bergengsi dalam ajang Miss ASEAN Friendship di Phuyen, Vietnam, pada 2 Juli 2017.  Lilyk-demikian nama panggilannya-yang mewakili Indonesia terpilih masuk 10 besar dari delapan negara ASEAN yang mengirimkan kontestantnya, kecuali Laos dan Brunai yang tidak mengirim kontestant. Dalam ajang ini, masing-masing negara mingirim 1-3 kontestant. Ni Putu Lilyk Rahmawati mewakili Indonesia ke ajang Miss ASEAN Friendship karena sebelumnya dinobatkan sebagai Putri Pariwisata Nusantara dalam ajang pemilihan Putra Putri Pariwisata Nusantara (P3N) yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata RI di Jakarta pada 5 Mei 2017.

 

Dengan predikat sebagai Putri Pariwisata Nusantara, mahasiswi semester 3 STIKOM Bali ini mengemban tugas sebagai Datu  Pariwisata Indonesia selama setahun ke depan dan mewakili Indonesia dalam  ajang internasional. Anak dari pasangan I Wayan Netra dan Ni Nyoman Sukarni ini tidak menyangka jika penampilannya mampu memukau para juri Miss ASEAN Fiendship dan berhasil menduduki posisi sepuluh besar di ajang tahunan ini.  “Awalnya pada tahun 2013 saya mengikuti ajang  Jegeg Bagus Karangasem sebagai duta pariwisata Kabupaten Karangsem dan terpilih menjadi Jegeg Karangasem 2013, dilanjutkan dengan mengikuti ajang Jegeg Bagus tingkat ke Provinsi Bali tahun 2015 dan menjadi runner up I,” ujarnya ketika ditemui di ruang sekertariat STIKOM Bali Kamis (6/7).

Ketika diadakan pemeilihan P3N oleh kementerian pariwisata RI pada bulan Mei 2017, seharusnya yang mewakili Bali adalah juara Jegeg Bali, namun sang juaranya dalam kondisi tidak memungkinkan itik, maka Lilyk yang terpilih mewakili Bali hingga akhirnya  dinobatkan sebagai Putri Pariwisata Nusantara 2017. “Karena saya juara I   (di P3N) jadi sudah konsekuensinya dikirim ke ajang internasional, dan di ASEAN Friendship saya menjadi sepuluh besar dari depan negara ASEAN yang mengirim peserta, tiap negara mengirim 1 sampai 3 peserta,” tambahnya sembari menyebut negara Laos dan Brunei yang tidak mengirimkan kontestannya di ajang tersebut.

Mahasiswi semester 2 di STIKOM Bali ini menceritakan pengalamannya selama mengikuti anjang tersebut sempat mengalami beberapa kendala, antara lain terdapat pada bahasa yang digunakan sewaktu menjalani masa karantina di Phuyen, Vietnam. Dia mencontohkan peristiwa yang dialaminya ketika makan di restoran dan meminta air panas dalam bahasa Inggris tidak dimengerti oleh pramusaji. Lebih lanjut dikatakan, adanya ajang tersebut membuat dirinya bersyukur dapat mempelajari kebudayaan, bahasa  negara lain dan berintersaksi langsung bersama kontestan  dari berbagai negara. Sementara itu  di malam grand final menjadi moment mengharukan bagi dirinya, karena memjadi momen perpisahan bagi dia bersama volounteer.  “Dukanya waktu malam grand final kemarin saya dekat dengan volounteer sebagai mami kami mengurusi kami di sana, karena mereka menangis jadinya kami ikut menangis karena besoknya harus berpisah,” pungkasnya. Ketua STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan menyambut gembira prestasi yang diraih mahasiswinya ini. “Atas nama yayasan Widya Dharma Shanti dan STIKOM Bali saya mengucapkan terima kasih banyak dan penghargaan yang tinggi  karena Lilyk sudah dua kali mengharumkan nama STIKOM Bali  di tingkat nasional dan internasional,” kata Dadang Hermawan. (rsn)