Mahabaratha “Gugurnya Jayadratha” Tampil di PKB ke-39.

(Baliekbis.com), Pertunjukan wayang kulit Parwa menjadi suguhan menarik di Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 Tahun 2017. Salah satunya pementasan wayang kulit Parwa berjudul “Gugurnya Jayadrata” persembahan Sanggar Sandhi Swara, Duta Kota Denpasar yang dibawakan dengan apik oleh dalang muda I Gusti Agung Surya Wikrama. Pementasan wayang kulit Parwa ini berlangsung di Depan Gedung Krya Art Centre, Denpasar sukses menarik perhtian pengunjung di hari kesembilan berlangsungnya PKB pada Senin (19/6).

Koordinator pementasan, I Made Raka Sukada menuturkan lakon Wayang Kulit Parwa Gugurnya Jayadratha ini bertutur tentang epos Mahabaratha dimana mengisahkan terbunuhnya Abimanyu yang menjadi pukulan berat bagi pihak Pandawa khususnya Arjuna, karena Korawa telah melanggar peraturan perang di Kurusetra. ”Arjuna yng murka bersumpah menghabisi pembunuh Abimanyu yang ternyata adalah Jayadrata. ”Namun Arjuna kesulitan membunuh Jayadrata yang dilindungi pasukan kuat Korawa, hingga akhirnya Krisna turun tangan membantu Arjuna dengan menutup sinar matahari dengan Cakra Sudrasana. Seketika Kurusetra gelap gulita dan bersoraklah pasukan Korawa karena mengingat sumpah Arjuna untuk menceburkan diri dalam kobaran api apabila dia gagal membunuh Jayadrata sebelum matahari terbenam” ujar I Made Raka Sukada.

Lebih lanjut Raka Sukada menjelaskan ada beberapa pakem utama menyukseskan pagelaran wayang, yaitu kecakapan dalam olah vokal, keluwesan menggerakkan wayang, serta kemampuan dalang menjiwai setiap karakter wayang. Pemain Gender perlambang Catur Sanak (Kanda Pat) atau empat saudara manusia dalam ajaran Agama Hindu dan para Tetengkong atau juru bantu dalang mengambil wayang perlambang ayah dan ibu (Purusa Pradana) semuanya bersinergi dengan dalang menyukseskan suatu pagelaran wayang kulit Parwa ” ujar pria yang juga berprofesi sebagai dalang ini.

I Gusti Agung Surya Wikrama selaku dalang mengatakan sangat bangga dapat membawakan lakon Wayang Kulit Parwa Gugurnya Jayadratha bersama sanggar Sandhi Swara dalam PKB ke-39 Tahun 2017. Pemuda yang menekuni seni pedalangan sejak usia sekolah dasar ini terkesan dengan antusiasme penonton dan menjadikan pagelaran yang ditampilkannya sebagai proses pembelajaran agar semakin matang sebagai seorang dalang.

Salah seorang penonton yang nampak menikmati pagelaran wayang, Putu Komala asal Desa Kesiman sangat antusias dengan pagelaran wayang yang disaksikannya. “Jarang – jarang saya dapat menonton pagelaran wayang kulit yang unik dan klasik seperti ini, tentu menjadi hiburan tersendiri sembari menambah wawasan saya mengenai seni budaya Bali” ujar Putu Komala. (esa)