Madiadnyana: Penting Pendidikan Karakter Bagi Generasi Milenial

(Baliekbis.com),Di era milenium ini persiapan sekolah dalam penyerapan SDM bersaing dengan tenaga dari luar. Dalam dunia pendidikan khususnya Jurusan Pariwisata di SMK PGRI 3 Denpasar sudah menyiapkan siswanya menjadi terampil, berbudaya, berkarakter, siap mandiri, dan memiliki daya saing. Hal tersebut dikatakan Kepala SMK PGRI 3 Denpasar, Drs. I Nengah Madiadnyana, M.Si, Kamis (14/2).

Menurutnya, di era globalisasi sudah tentu tugas dan pelaksanaannya harus jelas karena orang dari luar negeri memiliki management yang terampil dan profesional. “Karena dengan keterampilan yang tinggi biasanya mengarah kepada management yang kuat. Tenaga dari luar tersebut mampu memberikan skill terbaiknya paling tidak mereka sekelas manager. Maka itu, SMK PGRI 3 Denpasar sudah saatnya menyiapkan tenaga terampil siap pakai,” terangnya.

Lanjut Madiadnyana, terkait Pariwisata Bali merupakan daerah kunjungan wisata dunia, untuk itu perlu disiapkan tenaga terampil di bidang pariwisata. SMK PGRI 3 Denpasar sudah siap untuk itu. “Dengan kemajuan pariwisata tersebut lulusan siswa SMK PGRI 3 Denpasar tidak perlu disangsikan lagi karena sudah siap kerja dengan skill yang sudah didapat selama menempuh pendididkan,” ucapnya.

Dijelaskan, hotel sangat membutuhkan lulusan SMK Pariwisata, dan pihak hotel juga tidak sembarangan mencari tenaga kerja. Karena itu SMP PGRI 3 Denpasar sepenuhnya menyiapkan tenaga profesional yang sudah memiliki sertifikat LST. “Bahkan ada 100 siswa kelas 12 yang siap kerja dengan memegang sertifikat LST,” imbuhnya.

Sementara bagi siswa yang tidak memiliki sertifikat LST juga sudah disiapkan lewat sertifikat UKK . Dengan adanya UKK tersebut akan bisa menentukan pekerjaannya sendiri. “Jadi pada intinya lulusan SMK PGRI 3 Denpasar tidak ada yang sampai tidak bekerja (menganggur),” pungkasnya.

Madianyana mengatakan soal kenakalan remaja di era milinium saat ini, harus kembali kepada pendidikan karakter, bagaimana melatih, mendidik, dan mengajar anak tersebut karena itu bisa mengembalikan karakter anak. “Mestinya kita kembali kepada kurikulum 2013 yang lebih banyak mengacu kepada pendidikan karakter.

Sementara anak diluar jam pelajaran sangat banyak memiliki waktu luang. Pendidikan karakter bisa diterapkan diluar sekolah oleh orangtua siswa. “Selama kontrol orangtua kepada anak masih kurang, membiarkan anak terlalu bebas dengan kemauannya sendiri, maka pendidikan karakter tidak sepenuhnya bisa diterapkan dengan baik,” paparnya.

Ditambahkan, dibutuhkan juga peran serta dari masyarakat untuk ikut mengingatkan agar waktunya anak jangan banyak dipakai hal yang kurang positif. Itu terlihat dari fenomena yang dialami oleh para siswa terkait peryaan pengrupukan yang mana banyak kalangan siswa menggunakan waktunya untuk membuat ogoh-ogoh sampai larut malam. Padahal esoknya mereka harus bersekolah. (sus)