Legong Binor Ceritakan Sejarah Binoh di Denpasar

(Baliekbis.com), Kota Denpasar dengan semangat pengembangan kesenian yang tinggi mampu membangkitkan kembali kesenian yang merupakan ciri khas Kota Denpasar. Seperti halnya salah satu kesenian kuno Palegongan Saih Lima di Desa Poh Gading tepatnya di Banjar Binoh Kaja. Dimana, dengan pelaksanaan rekonstruksi, beberapa gending tua yang khas turut dipentaskan Sekaa Palegongan Semare Pegulingan Banjar Binoh Kaja yang tampil menjadi Duta Kota Denpasar pada ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 ini di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Art Center Denpasar, Jumat (29/6).

Tampak Kalangan Ayodya penuh dengan kerumunan penonton yang ingin menyaksikan kesenian palegongan di Denpasar ini. Adapun materi yang dibawakan pada ajang Parade Tari dan Tabuh Palegongan Klasik tahun ini meliputi Tabuh Gegambangan, Tari legong Keraton Lasem, Tabuh Kebyat-kebyut yang keseluruhanya menggunakan gaya palegongan dengan pakem khas Binoh. Serta  sebagai penampilan pamungkas turut dipentaskan Legong Binor yang menceritakan perjalanan Dang Acarya Widyarka Kacaiwan ring Binor sebagai cikal bakal adanya Banjar Binoh di Denpasar.

Panglingsir Sekaa Palegongan Binoh, I Made Djesna Winada saat dijumpai disela pementasan mengatakan bahwa penampilan ini merupakan regenerasi Palegongan Binoh, Banjar Binoh Kaja. Suksesnya penampilan tahun ini tak lepas dari kepedulian dan partisipasi seluruh masyarakat Banjar Binoh Kaja untuk kembali membangkitkan kesenian legong klasik ini.

Lebih lanjut dikatakan, keberadaan sekaa palegongan yang kini telah memasuki regenarasi yang ketiga ini telah berhasil merekontruksi berbagai kesenian palegongan dengan pakem khas Binoh. Beberapa diantaranya seperti Tabuh Gegambangan dan Kebyat-Kebyut yang merupakan karya maestro palegongan I Wayan Lotring. “Kami di Binoh mempunyai pakem palegongan tersendiri dengan gambelan saih lima, selain itu, Binoh juga merupakan salah satu desa yang memiliki kesenian legong yang khas di Kota Denpasar,” paparnya.

Kordinator Sekaa, I Wayan Sudiana mengatakan bahwa Binoh memang merupakan salah satu daerah yang terkenal dengan kesenian palegongan di Kota Denpasar. Dimana, saat ini ciri khas yang mencolok dari palegongan Binoh adalah jenis gambelan saih lima dengan gantungan rotan di setiap ujung gambelanya. “Iya kalau masyarakat melihat gambelan saih lima dengan gantungan rotan itu pasti dari Binoh dsan gambelanya juga telah berusia sangat tua,” tuturnya.

Terkait dengan persiapan, walaupun materi yang dibawakan sebanyak empat tabuh dan tari, pihaknya mengaku diperlukan rasa dalam membawakan kesenian dengan ciri khas tertentu. Memahami rasa dalam membawakan tabuh inlay yang cukup lama, termasuk menyesuakian dantara tabuh dan suara gerong.  “Kalau hanya membawakan saya rasa sudah jauh-jauh hari siap, tapi bagaimana kita mampu menampilkan kesenian yang mampu memberikan kesan khas sebagaimana yang diketahui masyarakat tentang Palegongan Binoh, baik itu koteknya, gedignya, dan pakem-pakemnya sehingga pembawaan mampu mewakili kekhasan tabuhnya,” ungkapnya.

Salah satu penabuh, Satria Wicaksana mengaku bangga dapat turut andil dalam melestarikan kesenian khas di banjar Binoh Kaja. Sebagai generasi muda tentu pihaknya berharap semakin banyak anak-anak yang mau melestarikan legong. “Saya senang dapat menjadi bagian pelestarian seni di Banjar Binoh Kaja yang merupakan kesenian palegongan khas di Kota Denpasar,” pungkasnya. (ags)