KUR untuk UKM Pariwisata, Dewa Susila: Ini Peluang Garap Usaha Sport Tourism

(Baliekbis.com), Praktisi pariwisata dan ketenagakerjaan I Dewa Putu Susila mengatakan kebijakan baru penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakyat) bagi pelaku UKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) di sektor pariwisata harus dimanfaatkan untuk menggeliat sektor usaha pariwisata di Bali. Khususnya ia mengajak para pelaku pariwisata untuk menggarap potensi sport tourism di Pulau Dewata yang pasarnya cukup menjanjikan.

“Saya selalu gaungkan bagaimana Bali agar terus menggarap potensi sport tourism. Jadi ketika adanya KUR untuk sektor pariwisata ini, kita harus tangkap peluangnya untuk menggarap usaha di bidang sport tourism,” kata Dewa Susila yang juga caleg DPRD Bali dapil Tabanan nomor urut 2 dari Partai NasDem itu saat ditemui di Tabanan, Selasa (6/11/2018)

Setidaknya ada 12 bidang usaha di sektor pariwisata yang akan dibiayai melalui program KUR ini. Diantaranya yakni usaha agen perjalanan wisata, sanggar seni, pentas seni, serta penyelenggara MICE (meeting, insentive, convention, dan exhibition).

Pelaku usaha akomodasi alias penyedia layanan penginapan, penyedia makanan dan minuman di kawasan wisata, hingga usaha jasa informasi pariwisata juga bisa mengakses KUR. Bidang usaha lain yang difasilitasi, seperti tempat pelayanan pariwisata (taman tematik, museum, konsultan wisata, dan pemandu wisata).

Tak hanya itu, usaha tirta atau usaha olahraga air (snorkeling, diving, arung jeram, dan lain-lain) pun bisa mengajukan pinjaman. Termasuk juga jasa transportasi pariwisata, industri kerajinan, dan pusat oleh-oleh juga diakomodir bisa mengakses KUR ini.

Untuk KUR ini ditetapkan platform kredit usaha kecil senilai Rp25 juta hingga Rp500 juta. Sedangkan untuk kredit mikro senilai Rp25 juta. Dengan tingkat bunga kredit tahun ini hanya 7 persen per tahun.

Kebijakan penyaluran KUR untuk pelaku pariwisata ini sejalan dengan keinginan pemerintah untuk menggenjot sektor pariwisata dan menjadikan sektor ini penyumbang utama devisa. Kebijakan ini tentu diharapkan akan berdampak signifikan pada pelaku UKM pariwisata di Bali.

“Ini kesempatan emas untuk pelaku UKM pariwisata mendapatkan akses permodalan dengan bunga rendah. Jadi ini harus dimanfaatkan utamanya di sektor pariwisata olahraga atau sport tourism,” ujar Dewa Susila yang juga Pengurus KONI Bali Bidang Hubungan Luar Negeri dan Sport Tourism itu.

Dikatakan, sport tourism menjadi salah satu bagian dari wisata minat khusus yang kini mulai naik daun dan populer. Masing-masing daerah berlomba-lomba menangkap peluang ini, termasuk juga Bali.

Namun sayangnya Bali belum mempunyai blue print untuk pengembangan sport tourism di Bali. Jangan sampai terkesan sport tourism berkembang tanpa arah yang strategis dan berkelanjutan.

“Kami terus mendorong pemerintah duduk bersama dengan semua stakeholder merancang blue print atau road map pengembangan sport tourism di Bali. Sebab, potensinya dan nilai pasar industri ini sangat besar,” kata Dewa Susila yang juga Ketua Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Cabang Bali itu.

Sebagai bagian dari penyusunan blue print atau road map ini, kata Dewa Susila, harus dipetakan potensi-potensi sport tourism di Bali baik menyangkut yang sudah berjalan atau yang akan menjadi trend di masa depan. Analisis stratejik juga harus dilakukan dari aspek industri sport tourism baik menyangkut portofolio segmen pasar, portofolio produk event olahraga dan destinasi wisata.

“Begitu juga aspek pelaku bisnis dan stakeholder terkait, nilai pasar industri sport tourism dan kontribusinya bagi pendapatan daerah atau negara, dan sebagainya,” ujar pria yang memang gencar menyuarakan pengembangan sport tourism di Bali ini.

Mengutip kebijakan kepariwisataan Kementrian Pariwisata, imbuh Dewa Susila, wisata olahraga atau sport tourism merupakan bagian dari wisata buatan manusia yang menempati porsi sebesar 5 % dari portofolio produk pariwisata Indonesia selain wisata alam (35 %) dan wisata budaya (60 %).

Namun dari wisata buatan manusia tersebut, pengembangan wisata olahraga diproyeksikan mendapat prioritas dengan kontribusi sebesar 65 %, disusul dengan wisata MICE (25 %) dan objek wisata terintegrasi (15 %).

“Kendatipun nilai kontribusi total sport tourism tergolong kecil terhadap kepariwisataan Indonesia termasuk Bali misalnya dari sisi pemasukan, namun dampak nilai promosi dan value branding yang ditimbulkan sport tourism jauh lebih powerful dan impactful,” tandas Dewa Susila yang sukses mendorong adanya kerja sama luar negeri antara KONI Bali dan Dewan Olahraga Provinsi Jeju, Korea Selatan dalam meningkatkan prestasi altet Bali. (wbp)