Kunjungi Museum Arma, Mangku Pastika Ingatkan Jasa Tokoh-tokoh yang “Hidupkan” Ubud

Selain tempat pameran lukisan, Museum Arma juga rutin mengadakan pertunjukan teater dan kelas tari. Museum juga dilengkapi fasilitas di mulai dari perpustakaan, ruang baca hingga ruang pelatihan.Terdapat juga restoran dan cafe di sekitarnya. Bahkan, di lingkungan museum tersedia resort. Jadi, pengunjung tak perlu repot-repot mencari hotel lain jika ingin menginap.

(Baliekbis.com), Anggota DPD RI Dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. mengatakan sejarah itu penting. Demikian halnya dengan Ubud yang menjadi terkenal dan maju tentu tidak terlepas dari peran para tokoh-tokoh yang ikut memajukannya sejak dulu.

“Kalau bisa tokoh-tokoh yang berjasa menghidupkan Ubud khususnya di bidang seni, nama mereka dilestarikan agar dunia tahu, mungkin bisa dipakai nama jalan. Apalagi Ubud jadi kota terbaik dunia. Agar orang (yang datang) tahu ada apa dan siapa di balik itu,” ujar Mangku Pastika saat reses dengan Owner Museum Arma Ubud Anak Agung Gde Rai, Senin (25/7).

Reses yang mengangkat tema “Keberadaan Museum di Tengah Lesunya Pariwisata” dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja.

Mangku Pastika berbincang dengan Owner ARMA

Sebagaimana dipaparkan Agung Rai, Ubud jadi terkenal tidak terlepas dari peran seniman (pelukis), selain alam dan kesenian lainnya. Seperti pelukis yang karyanya kini menjadi koleksi Museum Arma yakni I Gusti Nyoman Lempad, Ida Bagus Made, Anak Agung Gede Sobat dan I Gusti Made Deblog.

Sedangkan pelukis asing yang tinggal dan begitu besar kontribusinya bagi Ubud di antaranya Arie Smith, Rudolf Bonnet dan pelukis Jerman Walter Spies. Sedangkan pelukis nasional ada Afandi dan Raden Saleh.

Melihat begitu besarnya kontribusi para tokoh seni tersebut, Mangku Pastika menyarankan agar ada apresiasi seperti dengan pemberian nama jalan. Di sisi lain, mantan Gubernur Bali dua periode ini mengingatkan agar ada langkah-langkah untuk melestarikan seni ini, seperti pemberdayaan museum.

“Sebab keberadaan museum bukan semata tempat pameran karya-karya atau benda, tapi dari sini bisa melahirkan inspirasi, karya tulis dll. Untuk itu para guru perlu mengajak siswanya mengunjungi museum. Bali ada banyak museum ini aset yang sangat bermanfaat,” tambahnya.

Sementara Agung Rai menjelaskan bangunan yang ada di area museum seluas 7,5 hektar ini didesain dengan gaya arsitektur tradisional Bali dengan dominasi material lokal. Ada dua gedung utamanya yang berdiri kokoh di tengah pepohonan, air mancur, dan kolam yakni Bale Daja yang memiliki luas 3.300 meter persegi dan Bale Dauh seluas 1.200 meter persegi.

Selain sebagai museum seni lukis, Museum Seni Agung Rai juga rutin menampilkan pertunjukan tari dan teater serta tempat latihan tari bagi anak-anak. Pengunjung juga bisa melihat proses pembuatan karya di bengkel budaya dan melihat koleksi buku-buku yang ada. Museum Arma memiliki koleksi 400-an lukisan tradisional, kontemporer hingga modern.

Agung Rai mengakui pemahaman masih kurang, karena tak masuk dalam kurikulum. Padahal di negeri ini ada 430 museum termasuk 30 di antaranya di Bali.

Fasilitas di Arma, bukan hanya bangunan, namun ada air mancur, kolam dan taman yang luas. “Saya menjadikan karya seni sebagai spirit hidup. Kita mengajak masyarakat yang datang ke sini menikmati alam, ada air, taman dll.,” jelasnya. Karena itu pula di saat pandemi, museum yang diresmikan tahun 1996 oleh Mendikbud
Wardiman Djojonegoro ini tetap eksis. (bas)