Kudapil Dr. Mangku Pastika, M.M., Empon-empon Potensi Menjanjikan di Masa Pandemi

(Baliekbis.com), Tanaman empon-empon belum banyak dikembangkan warga secara profesional. Padahal tanaman yang kerap digunakan untuk pengobatan tradisional dan bumbu masakan ini memiliki nilai ekonomi tinggi selain manfaat lainnya.

“Empon-empon ini sangat menarik dan menjanjikan karena bisa meningkatkan kualitas kesehatan di tengah pandemi ini. Apalagi Bali lahannya subur sehingga sangat prospektif untuk budidaya tanaman ini,” ujar Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat Kudapil (Kunjungan Daerah Pemilihan) via vidcon, Rabu (8/9) dari studio DPD RI Renon Denpasar.

Vidcon terkait Prospek Empon-empon yang menghadirkan pelaku dan praktisi empon-empon dipandu tim ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja.

Menurut Mangku Pastika dengan kondisi alam Bali yang subur, berbagai tanaman mudah hidup dan menghasilkan termasuk empon-empon ini.
“Jadi bagaimana membudidayakannya untuk meningkatkan kesehatan selain sebagai bahan makanan dan minuman,” jelasnya.

Mantan Gubernur Bali dua periode ini melihat empon-empon dan rempah sebagai komoditi yang menjanjikan kalau dilihat berbagai manfaatnya.

Selain sebagai bahan baku obat-obatan dan jamu, empon-empon banyak dimanfaatkan untuk bahan bumbu masak, industri makanan dan minuman. Juga sebagai ramuan tradisional perawatan tubuh dan kosmetik untuk perawatan kecantikan.

“Jadi kalau dilihat banyak manfaatnya, secara ekonomi tanaman ini sangat menjanjikan. Contohnya 1 kg jahe harganya Rp20 ribu, ini setara 2 kg beras. Jadi kalau mau mengembangkannya tak sampai ada yang kurang makan,” jelasnya.

Di luar negeri tambah Mangku Pastika, empon-empon ini banyak digunakan. Bahkan masakan India sangat dominan memakai empon-empon ini. India mengolah bahan makanan ini menjadi bumbu kering sehingga tahan lama. “Kita bisa belajar dari sana dan negara lain yang juga melakukan pengawetan hasil pertaniannya ketika produksinya melimpah, seperti mangga yang dikeringkan,” ujar Mangku Pastika.

Sementara narasumber Chef Gelgel yang menggeluti empon-empon selama bekerja di hotel mengaku sering kekurangan akibat kebutuhan yang tinggi. Bahkan harus mendatangkannya dari luar. “Harganya pun cukup tinggi,” jelasnya.

Pelaku pertanian asal Bangli Nyoman Wirata mengaku empon-empon belum banyak dikembangkan. Padahal lahan di daerahnya subur dan cukup air. Budidaya jahe sangat bagus, bawang Kintamani juga berkualitas tinggi. “Yang kerap jadi masalah ketika panen raya dimana harganya anjlok. Petani juga tidak tahu kemana harus memasarkannya. Kita kerap kalah dengan tengkulak,” jelasnya.

Ke depan, Wirata berharap ada semacam konsorsium usaha agar bisa melindungi hasil petani. Sekarang ini banyak petani mengontrakkan tanahnya ke investor karena kendala pasar apalagi saat panen raya,” jelas Wirata.

Untuk beberapa komoditi diakuinya petani ada yang bekerja sama melalui BUMDes termasuk menggandeng Kaori Grup untuk ekspor jahe gajah dan produk lainnya.

Gede Suardika, petani asal Mengwi mengakui petani mulai mengembangkan empon-empon selain padi. “Kami perlu dibimbing dalam hal budidaya dan pengolahan empon-empon ini,” harapnya.

Randi, petani muda dari Maluku yang ikut hadir dalam vidcon mengaku daerahnya sangat kaya dengan empon-empon dan rempah seperti cengkih, pala dan minyak kayu putih. Namun masih mengalami kendala dalam pemasaran. Sama seperti Wirata, ia berharap ada semacam PT yang bisa menyerap hasil petani.

Menanggapi berbagai masukan tersebut, Mangku Pastika berharap agar budidaya dan penanganan pascapanen terus ditingkatkan. Sebab pasar lokal juga sangat menjanjikan selain untuk ekspor.
Memang perlu ada yang mau mengkoordinir potensi besar ini. “Perlu ada linkage, kerja sama dalam memberdayakan potensi besar ini,” jelasnya. (bas)