Koster Ingin Wantilan Jadi Wahana Kolaborasi Budaya dan Era Milenial

(Baliekbis.com), Calon Gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster menyapa ratusan warga Desa Megati, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Sebelum simakrama dimulai, warga dari 5 desa adat, 9 banjar, Karang Taruna dan Pekaseh itu menyatakan kebulatan tekad mendukung, memenangkan dan memilih Wayan Koster-Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (Koster-Ace) pada Pilkada serentak 27 Juni 2018. Di hadapan masa Koster memaparkan sejumlah program. Salah satunya berkaitan dengan adat istiadat, agama, tradisi, seni dan budaya. Di tengah modernisasi, Koster ingin generasi milenial Bali tetap menjaga adat istiadat, tradisi, seni, agama dan budaya Bali yang merupakan warisan leluhur. “Saya bersyukur generasi milenial Bali ini amat tangguh karena masih lengket dengan adat istiadat, tradisi, seni, agama dan budaya Bali,” kata Koster, Rabu 6 Juni 2018.

Ia mengakui saat ini perkembangam zaman begitu dahsyat ditandai dengan kemajuan teknologi. Namun, anak-anak muda Bali mampu beradaptasi tanpa menanggalkan identitas mereka. “Saya bangga tadi yang menabuh anak-anak muda. Ini membuktikan jika kita mampu beradaptasi dalam perkembangan zaman tanpa harus menanggalkan identitas kita sebagai orang Bali,” ujarnya. Koster punya kiat jitu mengolaborasikan kemajuan zaman dengan identitas lokal ke-Balian. Salah satunya yakni memanfaatkan wantilan sebagai wahana menempa identitas generasi muda Bali. “Wantilan akan saya jadikan wahana untuk membangun generasi muda kita, membangun sumber daya kita agar jadi SDM unggul, memiliki jati diri dan integritas yang dibangun berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal berdasarkan adat istiadat kita,” kata kandidat yang di kertas suara identik dengan pakaian putih dan hitam itu. “Bali memiliki modal yang bagus untuk mengembangkan SDM yang tidak saja berkompeten, terampil dan ahli, namun juga memiliki karakteristik jati diri kuat dan integritas moral, sehingga kita bisa bersaing mengisi lapangan kerja,” tambah Koster.

Ia akan mengolaborasikan pendidikan formal dan non formal untuk memperkuat SDM Bali. Melalui diplomasi budaya ke luar negeri, Koster percaya SDM Bali yang unggul akan dilirik dunia. “Melalui diplomasi budaya kita mempromosikan keunggulan yang kita miliki, terutama pariwisata, tradisi, seni, budaya, maupun arsitektur dan industri kreatif yang kita miliki,” tegasnya. “Nantinya, wantilan di desa adat akan dijadikan wahana yang disebutnya sebagai balinese culture point yang mempertemukan adat, budaya dan kegemaran era milenial informasi teknologi. Kita harus ikut masuk dalam kemajuan informasi teknologi, tapi tidak boleh meninggalkan adat istiadat, seni, budaya dan tradisi Bali. Wantilan akan kita jadikan wahana mempertamukan modernitas dan adat istiadat,” Koster menambahkan. Nantinya, akan diangkat satu tenaga kontrak dari desa adst setempat untuk melatih mejejaitan, nembang, menari, sastra dan lainnya. Dengan begitu, meski kemajuan zaman begitu pesat, adat istiadat, seni, agama, tradisi dan budaya Bali tetap terpelihara dengan baik. (lit)