Koster Gagas Industri Olahan Hasil Pertanian Bali

(Baliekbis.com), Calon Gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster menegaskan keseriusannya dalam mengurusi pertanian Bali. Hal itu dikatakan Koster saat menggelar kampanye di Banjar Metra Tengah, Desa Yangapi, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli. Bangli, ia melanjutkan, merupakan daerah dengan sektor pertanian dan perkebunan unggul di Bali. “Ada jeruk, kopi, sayur mayur dan lainnya,” kata Koster, Senin (23/4).

Ia tahu saban musim panen tiba, harga pertanian seringkali anjlok. “Seringkali saat panen harga justru anjlok, petani tidak dapat untung, sehingga petani kita pesimis karena tak ada kepastian pendapatan,” ujar Koster. Untuk itu, ia akan membuat peraturan khusus agar petani harus mendapatkan keuntungan minimal 20-30 persen dari biaya produksinya. “Saya akan buatkan peraturannya,” papar dia. Tak hanya peraturan, Koster yang berpasangan dengan Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati juga akan menyiapkan pasar untuk petani. “Pasarnya kita buatkan. Jangan jauh-jauh dari petani itu berada agar wisatawannya mau datang ke sana,” ucap dia.

Sektor pertanian juga akan diurus dari hulu hingga hilir. Mukai dari bibit, pupuk, teknologi hingga pemasarannya. “Teknologi untuk pengembangan bibit atau varietas unggul akan kita siapkan,” tutur dia. Di sisi lain, lembaga penyalur hasil pertanian petani juga akan dibentuk. “Lembaganya dibuatkan, bisa badan usaha, Bumdes atau koperasi agar ada yang menangani secara langsung, agar petani tidak jalan sendiri,” katanya.

“Nanti kita buatkan aturan juga agar hasil pertanian kita diserap oleh sektor pariwisata. Ada 110 ribu kamar hotel di Bali ini. Tamunya iyu sekitar 6 juta. Nanti lembaga itu yang akan beli hasil pertanian kita agar petani tidak rugi,” ujarnya.

Terkait pemasaran, Koster siap memfasilitasi perdagangan lintas provinsi di Indonesia. “Perdagangan akan dibuatkan kerja sama dengan pemerintah lain, tukar perdagangan. Perdagangannya juga dibuat online agar bisa diserap di luar Bali dan luar negeri bisa akses. Industri buah-buahan olahan dibuatkan. Misal jeruk jadi sirup dan lainnya,” katanya. Cara seperti ini diyakininya akan memberikan nilai tambah bagi petani ke depan. Sebab, petani langsung berhubungan dengan lrmbaga yang dibentuk oleh pemerintah untuk penjualannya alias tidak lagi melalui tengkulak.

“Agar tidak ada lagi tengkulak. Nanti brandingnya juga dibuatkan. Industri kerajinan rakyat juga akan saya berlakukan sama. Kan ada tenun dan lainnya. Ini harus disalurkan, dijual mahal. Harus dibuatkan desainnya. Kita punya ahlinya. Rumah desain untuk industri kerajinan rakyat itu nanti kita buatkan,” tutup dia.(lit)