Kopi Dadong, Pengembangan Produk Lokal Kintamani Lewat Pemasaran Digital

(Baliekbis.com),Media digital dinilai efektif di tengah perubahan behaviour masyarakat memperoleh akses informasi. Lebih dari setengah penduduk Indonesia yang berjumlah 265 juta jiwa terkoneksi dengan internet.

Kopi Dadong, merek kopi arabika lokal Kintamani hasil Iptek bagi Masyarakat (IbM) 2018, juga memanfaatkan promosi secara online untuk pengembangan pemasarannya.

Dalam laporan Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) yang berjudul PPPUD Kopi Arabika Kintamani dengan Tim Pengusul dari Politeknik Negeri Bali yang merupakan salah satu Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang dibiayai oleh Kemenristekdikti, menyatakan pemanfaatan media dalam jaringan (daring) seperti website, instagram, facebook dan tokopedia merupakan sarana efektif dalam pemasaran produk.

Ni GAP Harry Saptarini, S.Kom,M.Cs. selaku ketua tim pengusul yang juga dosen Prodi Manajemen Informatika, Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bali menjelaskan selama ini pemasaran yang dilakukan memang belum optimal.

Sehingga sistem pemasaran dengan teknologi informasi masih sangat perlu dikembangkan untuk mendapatkan perluasan pasar, seperti masih dalam satu bahasa yaitu menggunakan Bahasa Indonesia saja. “Untuk itu perlu dibuatkan website dalam versi dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, agar mampu menjangkau konsumen internasional. Selain itu, pemasaran yang telah dilakukan pada program IbM belum merambah ke online shop,” jelasnya belum lama ini.

Tantangan lainnya menurut Saptarini adalah produk yang dihasilkan belum memiliki standardisasi produk agar dapat diterima oleh pasar global. Produk harus memiliki sertifikat berstandar internasional. Hal tersebut telah mulai diupayakan dengan proses pengolahan kopi berdasarkan SOP berbasis mutu.

Selain itu Kopi Dadong juga akan mengajukan sertifikat halal sehingga mampu meraih pasar internasional selain pasar domestik. Kelengkapan administrasi usaha seperti SIUP, TDP, label halal, dan HKI pendaftaran merek belum diperoleh sehingga pemasaran masih sangat terbatas.

Solusi dari segi pemasaran menurut Saptarini adalah akan mendampingi mitra dalam pengembangan pasar dan promosi melalui media internet seperti pembangunan website untuk tahun pertama 2019 dan diprioritaskan dalam versi bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan tahun berikutnya akan diadakan pengembangan versi Bahasa Inggris.

Selain melalui website juga melalui online shop (Tokopedia, Lazada, Shopee) dan media social seperti instagram (IG) dan Facebook, pembentukkan jaringan untuk pameran-pameran dan peningkatan kualitas SDM dalam Bahasa Inggris untuk kesiapan merambah pasar internasional melalui pelatihan Bahasa Inggris untuk pengelola.

Untuk sisi SDM, dipandang perlu untuk melakukan peningkatan kemampuan Bahasa Inggris terutama untuk tenaga marketing dan pengelola usaha mengingat banyaknya tamu mancanegara di kawasan Kintamani serta untuk kesiapan menuju pemasaran produk internasional.

Indikator capaian dari kegiatan ini adalah, meningkatnya produksi 20% per tahun,
jumlah pelanggan naik 15% per tahun, penghasilan
sebesar 15% per tahun dan kemampuan bahasa Inggris pengelola semakin meningkat
untuk persiapan pemasaran produk internasional, yang akan dilaksanakan secara bertahap selama 3 tahun dengan pembiayaan oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. (hms)