Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia Terendah di Asia

(Baliekbis.com), Konsumsi minuman beralkohol yang resmi diproduksi pabrik rata-rata 0,6 liter per tahun. Angka ini paling rendah  dibandingkan negara-negara di Asia. Demikian diungkapkan Corporate Relation Director Diageo Dendy Borman dalam jumpa pers di Kubu Kopi, Minggu (24/6) sore. Jumpa pers digelar terkait rencana FGD dengan tema “Bijak Mengkonsumsi Minuman ber-Alkohol”, pada Senin (25/6) di Grand Bali Beach Sanur. Sebagaimana diketahui Diageo adalah produsen minuman beralkohol terbesar di dunia dan telah hadir di pasar Indonesia selama 10 tahun dengan rangkaian portofolio merek dagang seperti Guinness, JohnnieWalker®, Singleton, Bulleit, Ketel One, CIROC, Smirnoff, Tanqueray, Ron Zacappa, dan Captain Morgan. Menurut Dendy sebenarnya kecil pengaruh alkohol sepanjang dikonsumsi secara baik. Yang berbahaya kalau minuman beralkohol dioplos dengan zat lain yang beracun. Diakui belakangan ini angka keracunan metanol cukup tinggi. Keracunan metanol bisa dilihat dari peminum yang mengalami pusing-pusing dan penglihatan kabur.

“Kasus seperti ini sebenarnya bisa diatasi dan tak sampai parah kalau penanganannya cepat dan tepat. Jadi kita boleh konsumsi minuman beralkohol (yang resmi dan bayar pajak -red) asal dilakukan secara baik dan tak berlebihan. Konsumen harus diedukasi cara minum,” tambahnya. Pihaknya juga kerjasama dengan outlet agar kalau ada yang minum berlebihan dianjurkan tidak mengendarai dan disarankan naik taksi. Pada intinya dia menyarankan agar minum tak sampai berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain dan kalau minum alkohol sebaiknya juga disediakan air putih yang banyak sebab alkohol bisa menimbulkan dehidrasi. Dendy menjelaskan minuman beralkohol di Indonesia termasuk industri yang diatur ketat dengan 150 peraturan mencakup semua aspek industri dari hulu ke hilir.

Saat pemahaman tentang minum bertanggung jawab mulai meningkat, Indonesia banyak menghadapi isu alkohol oplosan yang sangat berbahaya apalagi secara umum pengetahuan masyarakat mengenai minuman beralkohol masih relatif rendah. Diageo Indonesia melalui inisiatif mandirinya dan kolaborasinya dengan asosiasi menyelenggarakan program-program edukasi untuk mengubah perilaku dan mengurangi bahaya oplosan. Bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk komunitas seperti Yayasan Bali Gumati, Peminum Bijak, BeerGembira, di Jakarta, Jawa Barat,Yogyakarta dan Bali, Diageo Indonesia memberikan edukasi kepada masyarakat Indonesia mengenai minum bertanggung jawab dan bahaya minum alkohol berlebihan.

Sebagai bagian dan komitmen tersebut, Diageo Indonesia menggelar proyek SMASHED yang membantu anak-anak usia 12-18 tahun membangun pemahaman dan keterampilan untuk melewati masa-masa sulit menuju kedewasaan dan mencegah konsumsi alkohol di bawah umur. Program SMASHED di Indonesia bekerja sama dengan dapoer dongeng untuk penampilan seni teatrikal, menjangkau sekitar 6000 anak di 40 SMP di Jabodetabek sejak Agustus 2017. Di bidang pemasaran, inovasi pemasaran Diageo Indonesia ditandai dengan kampanye Guinness Batik Fn’days yang berhasil mendefinisikan kembali batik sebagai warisan yang menyatukan bangsa. Guinness Batik Fridays diluncurkan tahun 2015 dan sejak saat itu Guinness merayakan Hari Batik Nasional tanggal 2 Oktober setiap tahunnya, dan bersama konsumen Indonesia merayakan keindahan keberagaman. Adapun merek Johnnie Walker® juga aktif menghadirkan inovasi dengan menggelar kampanye ‘Mark Your Step’ Johnnie Walker® di awal tahun ini berkolaborasi dengan 7 seniman berbakat Indonesia dan mendefinisi ulang arti personal progress pada Striding Man yang ikonik.

Diageo Indonesia terus menyelenggarakan praktik-praktik terbaiknya dan merealisasikan komitmen perusahaan dalam mempromosikan minum bertanggung jawab serta bekerja sama dengan industri dan mitra lainnya untuk mengatasi bahaya penyalahgunaan alkohol; berbagi informasi dan praktik terbaik dengan pembuat kebijakan dan memastikan hadirnya kebijakan yang tepat untuk mengatasi bahaya minum alkohol yang berlebihan. Konsumsi yang bertanggung jawab. Konsumsi yang berlebihan. Mencegah anak anak di bawah umur untuk mengkonsumsi alkohol minimal 21 tahun. Ada beberapa regulasi yang akan disosialisasikan. Ada kampanye konsumsi yang bertanggung jawab. Program edukasi dimulai dari Jabodetabek. Sebagian masyarakat belum bisa membedakan tipologi minuman berakohol. Di Bali pihaknya sudah bekerja sama dengan salah satu yayasan yang didirikan oleh salah seorang korban yang terpapar minuman alkohol oplosan. Lantas Diego terlibat dengan yayasan, RS Sanglah membuat protokol untuk penanganan korban oplosan. Kalau penanganannya benar si korban bisa diselamatkan. Protokol penanganan ini lagi diupayakan untuk digunakan secara nasional. (bas)