Komoditas Hortikultura Masih Jadi Pendorong Inflasi Juli 2022

(Baliekbis.com), Berdasarkan rilis BPS Provinsi Bali, inflasi Bali pada bulan Juli 2022 tercatat 0,89% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,92% (mtm), namun lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 0,64% (mtm).

Sementara secara tahunan, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 6,73% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 5,75% (yoy) dan dari inflasi nasional yang sebesar 4,94% (yoy). Inflasi Juli 2022 terutama bersumber dari kelompok volatile foods (VF) dan administered prices (AP), sedangkan tekanan inflasi inti semakin melambat. Secara disagregasi, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 3,20% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan Juni 2022 sebesar 3,88% (mtm).

Masih tingginya inflasi pada kelompok volatile food terutama disebabkan oleh harga bawang merah dan aneka cabai seiring dengan penurunan produksi akibat kondisi cuaca dengan curah hujan tinggi di sejumlah sentra produksi, di tengah kebutuhan horeka (hotel, restoran, dan kafe) yang meningkat. Curah hujan disertai gelombang tinggi juga relatif menimbulkan gangguan distribusi antar daerah di wilayah Balinustra.

Di sisi lain, laju inflasi kelompok volatile food tertahan oleh menurunnya harga minyak goreng, terutama didorong oleh kebijakan Pemerintah memberlakukan larangan ekspor sementara komoditas CPO dan turunannya pada Mei 2022, serta kewajiban pemenuhan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO). Kelompok administered prices (AP) mencatat inflasi sebesar 1,75% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar 0,09% (mtm).

Inflasi terjadi terutama pada komoditas tarif angkutan udara seiring penerapan fuel surcharge oleh maskapai di tengah meningkatnya tekanan harga avtur. Selain itu, penerbangan ke Bali mengalami peningkatan seiring dengan banyaknya event Pemerintah di Bali dan musim liburan sekolah, tercermin dari kenaikan jumlah penerbangan ke Bali dari 2.576 flights pada Juni 2022 menjadi 2.869 flights pada Juli 2022, dan kenaikan jumlah penumpang naik dari 383,6 ribu penumpang menjadi 387,6 ribu penumpang.

Sementara itu, Kelompok barang inflasi inti (core) tercatat sebesar 0,10% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,45% (mtm). Melambatnya inflasi inti terutama didorong oleh penurunan harga komoditas canang sari seiring normalisasi permintaan pasca perayaan Galungan dan Kuningan di bulan sebelumnya.

Lebih lanjut, penurunan inflasi inti juga didorong oleh penurunan harga komoditas emas perhiasan sejalan dengan harga emas global yang juga menurun. Selanjutnya pada Agustus 2022, Provinsi Bali diprakirakan mengalami inflasi yang rendah dan berpotensi terjadi deflasi. Beberapa faktor yang dapat menimbulkan deflasi antara lain, peningkatan pasokan hortikultura seiring dengan panen raya di sejumlah sentra produksi, serta normalisasi permintaan sejalan dengan selesainya musim liburan sekolah bagi wisatawan domestik.

Tim Pengendalian Inflasi Daerah pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota senantiasa melakukan koordinasi dalam forum High Level Meeting untuk melakukan pemantauan harga dan stok barang, melaksanakan kegiatan operasi pasar, serta peningkatan Kerjasama Antar Daerah (KAD) untuk menjamin ketersediaan barang di Provinsi Bali. Lebih lanjut, upaya percepatan vaksinasi sapi untuk penanggulangan penyebaran PMK terus dilaksanakan. Upaya vaksinasi di Bali per 1 Agustus 2022, telah dilakukan vaksinasi 82.389 ekor sapi (14,79% dari total populasi sapi di Bali) sehingga saat ini kasus aktif PMK di Bali tercatat nihil. (ist)