Kewaspadaan Nasional untuk Mewujudkan Bali Mandara

(Baliekbis.com), Cita-cita untuk mewujudkan Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera (Bali Mandara) agar menjadi sebuah realita telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali dalam sembilan tahun terakhir. Tentu saja perlu ada evaluasi agar bisa menentukan bagaimana nasib visi ini ke depan. Demikian disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika pada cara peluncuran buku Kewaspadaan Nasional Untuk Bali Mandara di Gedung Kertha Sabha, Jaya Sabha, Denpasar, Jumat (29/12).
“Visi Bali Mandara perlu kita renungkan bersama. Tentu saja harus ada evaluasi. Selama ini oke nggak sih?,” tanya Pastika. Itu sebabnya Pastika memandang buku Kewaspadaan Nasional Untuk Bali Mandara ini sangat penting, karena kewaspadaan berujung kepada ketahanan. Menurutnya waspada berarti mengetahui ada ancaman apa di depan sehingga bisa mempersiapkan diri. Bentuk persiapan itu misalnya dengan meningkatkan kualitas diri dan bergerak responsif, bukan reaktif, imbuhnya.
Penulis buku, Mayjen TNI Purn. Dr. I Putu Sastra Wingarta, S.IP M.Si., mengatakan buku ini sebagai tahapan ketiga dari kelahiran Bali Mandara. Pada tahapan ini, buku yang terdiri dari 29 bagian ini menjadi semacam mercusuar-mercusuar dalam upaya pencapaian visi Bali Mandara. “Ia bisa berfungsi sebagai penunjuk jalan agar tetap on the track menuju tercapainya Bali Mandara,” ujarnya. Tenaga ahli Lembaga Ketahanan Nasional RI ini mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, provinsi Bali hampir selalu menjadi nomor satu dalam indeks Ketahanan Nasional yang dibuat Lemhannas. Ini menurutnya bisa menjadi salah satu indikator dari apa yang telah dibuat pemerintah provinsi Bali dengan konsep yang berbasis budaya ‘jengah’.
Letjen TNI Purn. M. Munir menilai keberadaan buku ini sangat pas untuk menjaga kontinuitas Bali ke depan. Ia menyayangkan seringnya pergantian kepemimpinan memunculkan sesuatu yang baru karena yang sebelumnya dianggap salah. Mantan Sekjen Dewan Ketahanan Nasional RI ini mengatakan buku ini bisa menjadi semacam acuan atau referensi dalam membawa Bali ke depan, sehingga upaya mewujudkan tujuan yang diinginkan masyarakat Bali tidak dimulai dari nol lagi.
Budayawan I Wayan Geriya mengatakan dalam upaya pembangunan Bali saat ini yang berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana, konsep pembangunan manusia menjadi titik yang perlu mendapat perhatian penting. Di dalam buku ini menurutnya terdapat konsep-konsep yang yang bertujuan membangun jiwa atau spirit manusia Bali, sebuah konsep Jengah.
Kepala MUDP Bali, Jero Gede Putus Suwena Upadesa mengatakan cita-cita Bali Mandara sesungguhnya sama dengan cita-cita Desa Pakraman untuk mewujudkan Bali yang Shanti dan Jagadhita. Itu sebabnya yang paling terpenting adalah bagaimana konsep di dalam pencapaian itu karena ujungnya sama.
Sedangkan Kepala Bappeda Litbang Provinsi Bali Ir Putu Astawa mengatakan kewaspadaan seperti ini menjadi sebuah panduan yang sangat membantu khususnya dalam bidang perencanaan. Apalagi, dengan perencanaan yang baik akan membuat pekerjaan pemerintah provinsi Bali menjadi lebih mudah. Hadir dalam peluncuran buku ini Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta, Ketua PHDI Pusat Wisnu Bawa Tenaya, sulinggih, akademisi, tokoh masyarakat dan kepala OPD lingkup Provinsi Bali. (sus)