Ketut Sandi: Bawang Putih Angkat Penghasilan Petani Wanagiri Buleleng

(Baliekbis.com), Pengembangan bawang putih oleh kelompok tani Manik Pertiwi, Desa Wanagiri Buleleng diharapkan bisa mengangkat pendapatan petani setempat. Pasalnya potensi bawang putih sangat cocok di kawasan sejuk tersebut.

“Dengan harga bawang putih yang cukup tinggi serta produksinya yang mencapai rata-rata 7 ton per hektar kami optimis komoditas ini bisa meningkatkan pendapatan petani,” ujar Ketua Kelompok Tani Manik Pertiwi, Desa Wanagiri Ketut Sandi, Selasa (25/9) di sela-sela penyerahan bantuan alsintan oleh Bank Indonesia Provinsi Bali yang dirangkai dengan panen perdana klaster bawang putih. Dalam acara itu hadir Direktur Departemen Pengembangan UMKM BI Pusat Yunita Resmi Sari, Kepala BI Perwakilan Provinsi Bali Causa Iman Karana didampingi Deputi BI KPw Bali Azka Subhan dan Kadis Pertanian Buleleng Nyoman Genep.

Menurut Sandi selama ini kelompok tani setempat yang berjumlah 48 orang hanya menanam sayuran. Hasil tanaman hortikultura itu memang diakui cukup bagus. Namun setelah kelompok ini mendapat pembinaan dari Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Bali untuk pengembangan bawang putih, petani setempat sangat antusias untuk mengembangkan tanaman ini. “Kami dari kelompok sudah diajak oleh BI studi banding ke sentra bawang putih di Tuwel Jateng dan Songan Kintamani yang hasilnya sangat bagus,” jelas Sandi.

Melihat hasil tersebut dan kondisi iklim yang cocok, maka petani dengan dukungan BI Provinsi Bali melakukan demplot penanaman bawang putih yang tahap awal ini seluas dua hektar. “Ternyata pertumbuhannya bagus dan hasilnya juga menggembirakan dimana rata-rata mencapai 7 ton per hektarnya,” jelas Sandi.

Ketut Sandi.

Dengan hasil yang bagus itu, ia bersama kelompok dan dengan binaan BI akan segera menanam kembali bawang putih ini. “Hasil panen ini sebagian akan dipakai bibit untuk penanaman berikutnya sekitar 10 hektar,” tambahnya. Sama dengan penanaman sayuran, menurut Sandi pihaknya kerap mengalami kendala air untuk kebutuhan tanaman. Selama ini petani selain mengandalkan curah hujan juga mengambil air dari mata air setempat. Namun karena debitnya kecil air yang didapat sangat terbatas sehingga sebagian lahan masih kosong tak bisa ditanami karena terbentur ketersediaan air.

Karena itu untuk ke depannya pihaknya berharap bisa mendapatkan bantuan mesin penyedot air untuk mendapatkan pasokan air yang cukup. “Kalau nanti dibantu mesin, kami rencananya akan mengambil air danau yang jaraknya sekitar 600 meter untuk memperluas penanaman bawang putih ini,” ujar Sandi.

Dikatakan kalau pemasaran tak masalah karena sudah ada yang memesan. Harganya juga bagus karena bawang lokal yang ditanam secara organik ini rasanya lebih gurih dibandingkan bawang impor. Dijelaskan kelompok ini masih memiliki potensi lahan sekitar 35 hektar yang secara bertahap akan dikembangkan untul bawang putih.

Kepala BI KPw Bali Causa Iman Karana yang akrab disapa CIK mengatakan bawang putih selain merupakan komoditas penting dalam upaya pengendalian inflasi baik di Provinsi Bali maupun nasional juga mengurangi impor yang menggerus devisa.

Buleleng sendiri sebagaimana disampaikan Kadis Pertanian Nyoman Genep beberapa tahun silam sempat mengembangkan tananaman bawang putih, namun akhirnya menghilang karena masuknya bawang impor. “Melihat potensi Buleleng yang bagus dan sejalan dengan MoU maka kita kembangkan bawang putih ini dan diharapkan bisa diperluas penanamannya,” tambah CIK. (bas)