Ketua PWNU Bali: Berita Hoax Ancam Keutuhan Bangsa dan Negara

(Baliekbis.com), Adanya berita-berita hoax atau berita bohong dinilai telah menjadi penyakit masyarakat. Hoax ini mengancam keutuhan berbangsa dan bernegara. Demikian terungkap dalam acara Lailatul Ijtima: Istighatsah dan Kajian Kontemporer yang mengangkat tema “Menyikapai zaman yang penuh berita bohong”, Sabtu (29/9) malam di gedung PWNU Provinsi Bali. Acara tersebut dihadiri oleh para alim ulama Provinsi Bali, paguyuban dan unsur parpol yang sama-sama berdoa memohon keselamatan kepada Allah SWT.

Ketua PWNU Provinsi Bali H. Abdul Aziz, SPd.I dalam sambutannya mengatakan kegiatan ini rutin dilaksanakan di lingkungan kepengurusan PWNU yang disebut Lailatul Ijtima. “Maksud dan tujuannya adalah mendoakan bangsa dan negara agar tetap utuh, tetap kompak dan terus maju demi kebersamaan kita,” ujarnya.

Dijelaskan tema acara ini adalah menanggulangi berita-berita hoax atau berita bohong yang menjadi penyakit masyarakat dimana pihaknya memberi pemahaman dan pengertian agar tidak mudah terpancing berita-berita yang menyudutkan pihak-pihak tertentu. “Salah satu contoh adalah peran positif pemerintah yang diputarbalikkan dengan berita-berita yang menyudutkan,” jelasnya.

Sementara narasumber H. Saifuddin Z., SPd.I mengingatkan setiap ada pemberitaan yang berkembang oleh media jangan langsung diterima begitu saja.Tetapi harus di-crosscheck lebih dulu untuk memastikan kebenarannya.

“Menurut kami, berita hoax ini mengancam keutuhan bangsa dan bernegara. Hal-hal hal yang tidak terjadi namun diberitakan terjadi. Banyak hal yang kami dirasakan. Contoh saja di organisasi kami di Nahdatul Ulama tentang Islam Nusantara. Islam Nusantara adalah islam yang dikembangkan di negara kita tercinta yang notabene mampu merekatkan hubungan antar agama, masyarakat dan sesama anak bangsa bahkan antar negara. Akan tetapi diberitakan bermacam-macam seolah kami membawa pemahaman baru,” jelasnya.

Ia juga mengatakan tak sedikit tokoh-tokoh bangsa ini di-bully sedemikian rupa dengan berita-berita seperti PKI menjelang pilkada atau pilpres yang menghiasi media atau medsos. “Padahal PKI ini musuh kita bersama, tidak mungkin PKI itu ada di negara kita ini, tapi diberitakan seolah-olah sudah mengancam negara. “Justru pemahaman kami adalah pihak-pihak yang mencetus inilah yang mengancam keutuhan dan kedaulatan negara. Padahal kalau kita berbicara komunis, NU-lah yang paling merasakan betul, karena NU yang berhadapan dan menjadi korban pada masanya,” tegasnya.

Ditambahkan untuk menangkal berita-berita hoax, NU yang pertama memberi pemahaman, pengertian seperti pada acara-acara malam ini atau dengan penyuluhan langsung pada sektor pendidikan maupun kelompok pengajian yang ada di masyarakat agar tidak mudah begitu saja percaya dengan berita-berita yang belum tentu kebenarannya.

Sementara itu salah seorang tokoh H. Eko Budi Cahyono, S.E., M.M. yang hadir dalam acara itu mengingatkan masyarakat agar menyeleksi dan menyaring informasi yang didapat dari media. “Informasi itu penting tapi harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan,” terang pengusaha yang juga Konsultan Ekonomi Manajemen Keuangan dan Properti ini. (bas)