Ketua Dekranasda Bali Hadiri Lomba Design dan Peragaan Busana PKB

(Baliekbis.com), Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster turut menyaksikan dan memberikan arahan pada Lomba Desain dan Peragaan Busana dalam rangkaian Pesta Kesenian Bali XLIV, bertempat di Gedung Ksirarnawa, Art Center-Denpasar pada Minggu, Redite Pon, Medangsia (26/6).

Setelah menyaksikan seluruh parade busana yang diikuti oleh 9 Kabupaten/Kota dalam tiga kategori yaitu Busana Casual, Busana Adat Kerja dan Busana Pengantin, maka sebagai Ketua Dekranasda Provinsi Bali Putri Koster menyampaikan apresiasi atas antusiasme para desainer dan penata rias mengikuti lomba tersebut, dengan semarak PKB yang dua tahun tidak tampil secara langsung.

Dalam arahannya, Putri Koster mengatakan bahwa ajang lomba design tersebut tidak semata untuk fashion saja melainkan membangkitkan kembali para penenun kita yang ada di Bali. Menurutnya, Bali memiliki warisan adiluhung tenun ikat yang saat ini sedang marak di kloning oleh pihak luar dan jika hal tersebut dibiarkan terus berlarut maka tenun ikat Bali akan dikuasai orang luar, para penenun akan semakin punah karena beralih profesi. Untuk itu, Dekranasda Kabupaten/Kota se-Bali memiliki peranan penting dalam menjaga dan melestarikan tenun ikat serta para penenunnya. Sehingga selain menjaga kelestarian warisan budaya tenun ikat, maka perputaran ekonomi akan terjadi di Bali.

“Ekonomi akan berputar sangat baik jika kita yang memproduksi, kita yang memasarkan, kita yang membeli dan kita yang menggunakan,” ujar Bunda Putri sapaan akrabnya.

Disamping itu, Bunda Putri juga menekankan bahwa setiap Kabupaten/Kota di Bali memiliki pakem-pakem busana adat pengantin, dan pakem tersebut sebagai ciri khas dari daerah itu yang sangat melekat dan tidak bisa ditiru oleh daerah lain. Untuk itu, Bunda Putri menyarankan pada panitia untuk tidak melombakan busana pengantin, melainkan memparadekan busana tersebut, sehingga para MUA mengetahui pakem-pakem busana penganten dari masing-masing daerah dan tidak kebablasan seperti saat ini.

Bunda Putri juga menekankan dalam berbusana baik itu busana adat ke kantor, ke pesta maupun ke Pura untuk sembahyang, ada pakem pakemnya tersendiri dengan filosofinya masing masing. Untuk pakaian adat wanita secara umum akan terdiri dari Kamen, kebaya dan selendang, sedangkan pakaian adat pria akan terdiri dari Kamen, saput, baju dan udeng. Mungkin perbedaannya akan terlihat dimana pakaian adat ke kantor bisa lebih modis dan berinovasi, sedangkan pakaian pesta lebih meriah dan gemerlap dan pakaian ke pura cenderung lebih simple.

Pendamping orang nomor satu di Bali ini juga menekankan, agar dalam penggunaan busana khususnya kebaya selalu memperhatikan estetika dan etika, baik itu terkait pemilihan bahan kebaya, panjang kebaya bagian belakang serta panjang lengan kebaya. Sehingga busana yang kita gunakan akan terlihat berestetika, elegan dan menampilkan kepribadian kita. Dengan berbusana yang berestetika maka keanggunan kita sebagai wanita akan terpancar meskipun tertutup sekalipun. Di akhir arahannya, Bunda Putri mengajak para desainer untuk menawarkan kebaya yang berestetika dan kembali kepada pakem pakem yang ada.

Dalam lomba busana tersebut para peserta dinilai oleh beberapa Dewan Juri yang ahli dalam bidangnya, di antaranya Tjok Istri Ratna, Ngr. Anom Mayun, Cok Abinanda Sukawati, I Gede Yudi Ardana Putra dan Pande Putu Wijana.

Dalam kesempatan tersebut Lomba Busana Casual, Juara 1 diraih oleh Denpasar, Juara 2 Tabanan dan Juara 3 Gianyar. Busana Adat Kerja, Juara 1 diraih oleh Denpasar, Juara 2 Jembrana, dan Juara 3 diraih oleh Badung. Busana Pengantin, Juara 1 diraih oleh Denpasar, Juara 2 diraih oleh Jembrana dan Juara 3 diraih oleh Tabanan. (pem)