Kerta Duana, SKM,MPH: Cukai Rokok Rendah Hambat Upaya Pengurangan Perokok Baru

(Baliekbis.com), Cukai rokok yang diberlakukan saat ini dinilai masih rendah sehingga menyebabkan harga rokok terbilang murah.

“Dampak dari murahnya harga rokok menyebabkan banyak muncul perokok remaja dan usia dini. Kondisi ini bisa menghambat upaya pengurangan perokok termasuk perokok baru,” ujar Ketua Udayana Central (Center for Non Communicable Diseases, Tobacco Control and Lung Health) I Made Kerta Duana, SKM, MPH kepada wartawan dalam acara Evaluasi Akhir Tahun pengendalian rokok di Denpasar, Sabtu (5/12/2020).

Refleksi Akhir Tahun dirangkai dengan diskusi bersama yang dihadiri LPA Bali, Majelis Desa Adat Kota Denpasar dan akademisi Unud lainnya.

Kerta Duana,MPH menambahkan di negara lain harga rokok sangat tinggi bisa Rp100 ribu, sedangkan di Indonesia masih berkisar Rp25 ribu. Duana mengaku khawatir dengan rendahnya harga rokok karena bisa memicu munculnya perokok remaja atau usia dini. “Idealnya harga rokok sekitar Rp60 ribu. Pengenaan cukai tinggi pada rokok bisa sebagai pengendalian konsumsi,” ujarnya.

Sementara Sekretaris Perhimpunan Ahli Epidemiologi Bali dr. I Wayan Gede Artawan menekankan bahaya bagi perokok di tengah pandemi Covid-19 ini.

“Resiko perokok terkena Covid bisa 5 sampai 10 kali dibanding yang tidak merokok,” jelasnya. Ia juga menyebutkan dari hasil survei, yang terkena covid lebih banyak perokok laki-laki dibandingkan perempuan. Dari 100 perokok hanya 2 perempuan. Menurut Artawan, mereka yang tidak merokok namun terpapar asap rokok juga rentan terkena Covid-19.

Di sisi lain, ia mengatakan pelarangan iklan rokok tak ada kaitan dengan pendapatan daerah (PAD). Sebab iklan tersebut akan digantikan iklan yang lain. Dijelaskan pula perokok dari kalangan menengah ke bawah sangat tinggi. Ini sangat mengkhawatirkan. “Umumnya mereka merokok untuk mengisi waktu luang,” tambahnya.

Tuti dari LPA (Lembaga Perlindungan Anak) mengatakan perokok anak naik cukup tinggi. Bahkan karena anak banyak di rumah, berpeluang sharing merokok dengan orangtuanya.

“Kalau dulu anak-anak sembunyi merokok, sekarang mungkin terang-terangan di rumah karena lebih banyak di rumah,” jelasnya. Ia menyebutkan 80 persen orang merokok di rumah sehingga berpotensi anak dalam rumah ikut terpapar. (bas)