Kehadiran Bali International Hospital, Tokoh Sanur: Kami Tidak Mau Warga (Lokal) Tersisih

(Baliekbis.com), Ketua Yayasan Pembangunan Sanur
Ida Bagus Sidharta Putra menyambut baik kehadiran Bali International Hospital di Sanur yang saat dalam proses pembangunan dan ditarget akhir tahun ini selesai. Kehadiran hospital ini diharapkan bisa memberi kebermanfaatan bagi warga setempat baik penyerapan tenaga kerja maupun pemberdayaan potensi yang ada.

“Kehadiran hospital ini kita harap bisa mengundang orang luar (wisatawan) lebih banyak ke sini. Dan bikin Sanur lebih baik lagi. Kami tidak mau tersisih di sini. Jangan sisihkan warga Sanur,” tegas tokoh Sanur yang akrab disapa Gusde ini saat hadir sebagai pembicara Talkshow “Challenges & Opportunities of Indonesia’s Medical Tourism, Senin (23/1) yang berlangsung di Hotel Puri Santrian Sanur.

Talkshow sosialisasi & update Bali International Hospital sebagai ujung tombak medical tourism di area Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pertama yang didedikasikan untuk Wisata Kesehatan & Kebugaran di Indonesia menghadirkan pembicara Prof. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati -Wakil Gubernur Bali,
Pimpinan Bali Tourism Board (BTB) dan drg. Mira Dyah Wahyuni, MARS selaku Direktur Utama PT Pertamina Bina Medika IHC. Talkshow juga dihadiri Konsulat Australia.

Drg. Mira Dyah Wahyuni

Gusde menambahkan dengan kehadiran Bali International Hospital ini diharapkan akan ada market baru (additional market). “Selama ini Sanur diisi tamu lokal, domestik dan wisatawan konvensional. Dengan hospital ini bisa kombinasi,” tambah owner Santrian Grup ini.

Terkait peluang, Gusde mengatakan pihaknya (yayasan) akan membicarakannya dengan hospital
apa saja yang bisa didapatkan selain peluang tenaga kerja. “Karena kita juga punya sekolah untuk mendukung bisnis yang ada di Sanur ini, juga seperti F & B yang sangat besar potensinya,” jelasnya.

Sebagaimana dijelaskan Direktur Utama PT Pertamina Bina Medika IHC drg. Mira
ada sekitar 2 juta orang Indonesia yang bepergian ke luar negeri untuk tujuan pemeriksaan kesehatan serta pengobatan berkelanjutan lainnya seperti kanker dan aestethic di tahun 2019. Sehingga Indonesia diperkirakan kehilangan Rp 97,6 triliun setahun.

Dengan adanya Bali International Hospital ia berharap bisa melayani mereka di sini. “Tahap awal nanti saat operasi, kita harapkan bisa menjaring 15 persennya selain yang dari luar (negeri) tentunya,” ujar Mira. (bas)