Karangasem World Cultural Village Festival 2018, Hadirkan Adat Maori, Aborigin hingga Jepang

(Baliekbis.com), Karangasem Cultural Village Festival 2018 siap digelar di Desa Jungutan pada 23-25 November 2018. Selain diikuti desa-desa budaya di Bali, juga akan hadir perwakilan desa adat suku Maori, Aborigin serta dari beberapa negara lain.

Festival ini makin istimewa dan menampilkan otentisitas Karangasem serta digelar di sebuah tempat istimewa berupa kawasan baru sebagai lokasi upacara Baligia dengan konstruksi bangunan bambu.

“Konsep Festival ini seiring dengan pembangunan sumberdaya dan komunikasi yang tengah dibentuk Karangasem melalui konsep Destination Branding Karangasem ‘The Spirit of Bali” yang mengkomunikasikan Karangasem sebagai sumber daya Bali yang masih orisinil dan otentik,” tegas Bupati Karangasem l Gusti Ayu Mas Sumatri dalam keterangan pers tertulisnya yang disampaikan Staf Ahli Bupati Karangasem Ida Bagus Agung Gunarthawa di Karangasem, dalam jumpa pers di Rumah Sanur, Denpasar, Rabu (21/11).

Konfrensi pers dihadiri juga Kasi Analisa Pasar Pariwisata, Bidang Pemasaran Pariwisata Anna Christina mewakili Kepala Dinas Pariwisata Karangasem dan Arief Budiman selaku Tim Event Kurator Karangasem Cultural Village Festival 2018.

Karangasem World Cultural VI||age Festival 2018 adalah sebuah arena merayakan keberagaman dari berbagai komponen masyarakat desa adat & budaya dalam sebuah panggung dialog dan apresiasi berformat festival yang multi-dimensi. Karangasem hanya salah satu case study sebagai wilayah yang menyimpan keragaman budaya dan seni rakyat yang bernilai serta memiliki falsafah tinggi.

Contohnya Desa Tenganan sebagai salah satu desa Bali Aga adalah sebuah model yang masih menjalankan praktik budaya yang secara ideologis diwariskan dari para pendahulunya dalam berbagai aspek kehidupan baik ritual, sosial, seni dan budaya, lingkungan dan ekonomi.

Menyelenggarakan Karangasem World Cultural Festival ini adalah salah satu upaya mendorong pelestarian warisan budaya beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi sebuah perayaan yang berdimensi pewacanaan, dialog pentas dan pameran serta apresiasi.

“Sesuai tema festival ini ‘Weaving ldentities Celebrate Culture’, kekayaan budaya adalah keniscayaan bagi pembentukan identitas yang penting,” tegas Bupati Karangasem.

Staf Ahli Bupati Karangasem Ida Bagus Agung Gunarthawa menambahkan festival ini adalah bagian aktivasi yang penting dan konsisten bagi Kabupaten Karangasem yang telah mendeklarasikan pembangunan sumberdaya Karangasem lewat Karangasem “The Spirit of Bali.”

“Melalui penyelenggaraan Festival ini diharapkan dapat membangun jaringan masyarakat adat yang bernilai dalam mengelola pengetahuan lokal, seni dan budaya dalam memperkuat identitas dan keberagaman,” kata pria yang akrab disapa Gus Agung ini yang juga 2015 National President JCI (Junior Chamber International) Indonesia.

Karangasem World Cultural Village Festival 2018 memiliki visi mengaktualisasikan kembali peran warisan budaya dalam konteks mutakhir sebagai sebuah upaya untuk melestarikan serta mendorong menjadi karakter yang kuat bagi bentuk peradaban yang dinamis. Konsep festival ini mencoba menjawab tantangan dunia akan popularisasi budaya folklor.

Terutama sesuai dengan inisiatif UNESCO yang telah meminta masyarakat dunia untuk mempromosikan dialog antara budaya dan generasi melalui seni rakyat. Karangasem World Cultural Village Festival 2018 akan menjadi arena bertukar pengetahuan, pengalaman dan dialog dalam upaya-upaya memajukan kebudayaan rakyat yang kaya akan nilai.

Selain desa-desa budaya yang berada di Karangasem akan diundang sebagai peserta adalah pemerhati dan tokoh budaya Indonesia, perwakilan masyarakat desa adat di Indonesia seperti Mentawai, Kasepuhan Ciptagelar, Dayak, Sumba, Flores serta beberapa perwakilan desa adat dari Maori (New Zealand), Aborigin (Australia), Khmu (Laos), Jepang dan Iainnya.

Diisi juga acara talkshow dan seminar budaya, pameran artefak seni dan budaya, pertunjukan seni dan musik.  Dimeriahkan juga denga demo tribal tattoo, tenun, pameran dan stand kuliner, story telling. Disajikan juga pemutaran Film Indigenous People hingga perrformance hiburan dari Indra Lesmana, Gus Teja, Tika Pagragy, Ghana Swara, dll. (wbp)