​Jurnalis Kambali Zutas Luncurkan Buku Anak-anak Pandemi, “Kumpulan Puisi dari Isi Kehidupan Saat Pandemi”

(Baliekbis.com),Jurnalis dan penyair Kambali Zutas kembali meluncurkan buku kumpulan puisi berjudul “anak-anak pandemi”. Buku tersebut berisi 50 puisi yang ditulis selama kurun waktu tiga tahun yaitu 2019 – 2020 dan diterbitkan Tonggak Media Yogyakarta.

Kumpulan “anak-anak pandemi” ini merupakan buku puisi kedua setelah sebelumnya Kambali Zutas menerbitkan buku berjudul “Laila Kau Biarkan Aku Majnun” pada 2019 lalu. Buku “anak-anak pandemi” juga merupakan buku ketiganya, karena Kambali Zutas juga menerbitkan buku non fiksi berjudul “Euforia Sepak Bola Bali” pada tahun 2020.

Buku “anak-anak pandemi” di-launching dan dibedah di Kubu Kopi Denpasar pada Sabtu, 16 Juli 2022. Sebagai pembedah adalah penyair Kardanis Muda Wijaya dan jurnalis serta penulis Ayu Sulistyowati.

Kambali Zutas mengatakan, penulisan puisi ini sebagai upaya mencatat tentang apa yang terjadi dalam kurun waktu 2019 – 2020. “Buku ini berisi 50 puisi yang mengurai sisi kehidupan di masyarakat pada masa pandemi,” kata Kambali.

Menurutnya, buku ini seharusnya terbit tahun 2020 lalu, namun baru bisa terwujud tahun 2022 ini. Beberapa puisi sudah pernah dimuat di media online, namun lebih banyak puisi baru.

Acara launching berlangsung meriah, puluhan orang datang dan mengikuti acara tersebut. Undangan dari berbagai komunitas datang di antaranya Komunitas Jagat Kampung Puisi (JKP), Komunitas Sahaja, Sanglah Institute, Suara Saking Bali, Bali Muda Foundation, Rumah Berdaya Denpasar, Teater Limas, Teater Teras, dan LTN NU Bali serta jamaah Masjid At Taqwa Polda Bali.

Ditambah dengan penyair Bali juga hadir, seperti Wayan Jengki Sunarta. Penyair perempuan Bali, Mira MM Astra turut membaca puisi berjudul “pan kacung bapak pucung” dan “Ulang tahun bulan juli”. Pada launching tersebut juga diisi dengan pertunjukkan musikalisasi puisi dari Komunitas Teratai (KOSTRA).

Muda Wijaya mengatakan meskipun judulnya Anak-anak Pandemi, namun yang dibahas tak sekadar pandemi atau Corona yang dihadapi saat ini. Bahkan dalam antologi ini juga terdapat puisi berjudul Tikus-tikus Pandemi.

“Pandemi sesungguhnya adalah korupsi-korupsi itu. Jadi buku ini bukan hanya soal pandemi Covid,” kata Muda Wijaya. Muda juga mengatakan jika Kambali bermain-main dengan kesatiran lewat puisi.

“Dan karena hidup dalam lingkungan santri, saya melihat Kambali membuat sajak seperti berdzikir. Itu bisa kita lihat dari Sajak Ya,” kata Muda sambil mencotohkan pembacaan puisi tersebut seperti seorang berdzikir. Sementara itu, Ayu Sulistyowati mengaku suka dengan puisi Anak-anak Pandemi #2 hal ini karena mewakili anak-anak pandemi. (ist)