Jampel, Si Anak Nelayan Itu Kini Jadi Profesor, Wujudkan Dunia Tetap Ajeg dengan Kepemimpinan Harmoni

(Baliekbis.com),Rektor Undiksha Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd. kini menjadi profesor. Putra seorang nelayan kelahiran Bualu Badung ini menjadi profesor ke-44 di tempatnya berkarier.

Jampel merupakan putra pasangan I Wayan Pugir, yang berprofesi sebagai nelayan dan Ni Made Sender sebagai pedagang. Ia lahir 10 Oktober 1959 silam di Banjar Celuk, Desa Adat Bualu, Kabupaten Badung.

Di tempat kelahirannya dulu, rata-rata ekonomi penduduknya sangat rendah. Jalan, listrik, begitu pula air PDAM belum ada ketika itu. Rumah penduduk masih beratap ilalang, berdinding gedek dan lantainya tanah.

Kesulitan ekonomi juga membelit keluarganya. Di tengah kondisinya yang demikian, semangatnya untuk menempuh pendidikan tidak pernah padam. Langkahnya itu mendapat dukungan penuh dari keluarga.

“Dari dulu saya sangat didukung dalam menempuh pendidikan,” kata Jampel saat dikonfirmasi saat ia dikukuhkan sebagai profesor di Universitas Pendidikan Ganesha, Kamis (17/10/2019).

Pengukuhan dalam Sidang Terbuka Senat Undiksha ini dihadiri pejabat Kemenristekdikti, sejumlah rektor, dosen, keluarga dan mahasiswa.

Menyandang gelar doktor, bahkan sampai profesor tidak pernah terpikirkan oleh mantan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha ini. Demikian juga halnya dengan jabatannya sebagai rektor.

“Saya tidak pernah berpikir bisa sampai S-3. Bisa jadi profesor. Bisa jadi Rektor. Ini sudah menjadi kehendak Tuhan. Saya telah diberikan jalan,” ucapnya.

Pada pengukuhannya ini, Jampel menyampaikan harapan dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Kepemimpinan Harmoni pada Era Post-Massification Pendidikan Tinggi”. Ditegaskan, dalam rangka transformasi menjadi Universitas Generasi Ketiga, kepemimpinan harmoni sangatlah diperlukan.

Hal tersebut dipandang mampu menyelesaikan persoalan masa depan akibat dari revolusi industri hingga perubahan prilaku masyarakat baik secara politik, sosial dan ekonomi. ekonomi. “Bagaimana mewujudkan dunia ini tetap ajeg dan lestari, maka kepemimpinan harmonilah salah satu jawabannya”, imbuhnya.

Disampaikan lebih lajut, universitas berperan dalam melahirkan inovasi yang dapat mendukung pembangunan industri melalui riset. Kepemimpinan harmoni berperan dalam menggerakkan staf untuk mencapai tujuan bersama berlandaskan atas keserasian dengan Tuhan, dengan sesama, dan juga ikut menjaga kelestarian lingkungan.

“Di sini, lingkungan tidak lagi dikeruk kekayaannya untuk kemajuan dan kemudahan manusia, tetapi juga dijaga dan dilestarikan untuk memberikan kebahagiaan” pungkasnya.

Ia menegaskan universitas generasi ketiga harus mampu menciptakan kebahagiaan. Oleh karenanya penelitian, pendidikan dan pembelajaran tidak cukup hanya berhenti pada scopus (journal penelitian terakreditas, red), tidak cukup hanya sampai pada hiliarisasi produk, akan tetapi bagaimana agar bisa menciptakan kebahagiaan bagi masyarakat dan lingkungan.

Rektor berusia 60 tahun ini juga menyampaikan tantangan pemimpin masa depan terhadap kualitas pendidikan tinggi terletak pada integritasnya. “Sebagai seorang pemimpin, penyatuan fisik, jiwa dan roh sangatlah penting. Di Bali terdapat konsep Tri Kaya Parisudha, yaitu bagaimana sesesorang bisa berpikir, berucap dan berprilaku yang baik dan benar” imbuhnya.

Pengukuhan mendapat apresiasi dari Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) Kemenristekdikti, Ir. Retno Sumekar, M.Si. Diharapkan, perguruan tinggi negeri terbesar di Bali Utara ini semakin banyak memiliki guru besar.

“Atas capaian jabatan tertinggi akademik Dr. I Nyoman Jampel, hal ini tidak hanya memberikan keberkahan pada beliau sendiri tetapi juga untuk Undiksha. Ini karena bertambahnya jumlah professor di Undiksha yang pada tahun ini telah menambah 2 profesor. Semoga bertambah lebih banyak,” ujarnya.

Selain itu, ia juga mengulas kembali pernyataan Rektor Jampel, yang lebih memilih menjadi akademik leader dibandingkan menajemen leader. Namun, kedua hal tersebut telah berhasil dicapai.

“Pak Jampel tidak pernah bercita-cita menjadi rektor. Tidak pernah membayangkan akan menjadi profesor. Namun ia hanya ingin melakukan yang terbaik untuk bangsa ini. Ia ingin memberikan kontribusi yang terbaik untuk universitas” paparnya.

Ditegaskan, menjadi profesor tidak hanya berdampak pada individu dosen, namun juga memberikan nilai tambah terhadap universitas dan lingkungannya. “Sebagai Rektor Undiksha di kota kecil di utara Pulau Bali, walau berada di kota kecil, Undiksha memiliki cita-cita untuk menjadi universitas unggul berlandaskan Tri Hita Karana di Asia tahun 2045.” ungkapnya. (psa)