Investor Timur Tengah Tertarik Kelola Sampah di Bali

(Baliekbis.com), Difasilitasi Senator RI I Gusti Ngurah Arya Wedakarna, rombongan investor dari Arab Saudi dan Turki menemui Gubernur Mangku Pastika, Kamis (11/1). Dalam pertemuan yang berlangsung di ruang tamu gubernur itu, Arya Wedakarna menerangkan sejumlah pengusaha negara Timur Tengah itu berminat menjajaki investasi di bidang pengelolaan sampah dan energi.

Menurut Wedakarna, sebelumnya para pengusaha Turki dan Arab Saudi ini telah bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah Menteri Kabinet Kerja di Jakarta. “Karena saya tahu Bali saat ini membutuhkan investasi di bidang pengelolaan sampah dan energi, maka saya menawarkan mereka berkunjung ke sini untuk menjajaki peluang kerja sama,” terangnya.

Arya Wedakarna berharap ada peluang kerja sama yang bisa digarap pascapertemuan ini mengingat mereka telah berpengalaman 35 tahun di bidang pengelolaan sampah dan pengembangan energi. Senada dengan Wedakarna, pimpinan rombongan pengusaha Al Sharif Faiz dari Alsharif Energy Company mengaku sangat tertarik menjajaki kerja sama di bidang pengelolaan sampah menjadi energi terbarukan di Pulau Dewata. Menurut Sharif Faiz, perusahannya telah menjalin kerja sama di sejumlah negara.

Gubernur Pastika menyambut positif tawaran kerja sama pananganan sampah dan energi yang diutarakan rombongan pengusaha Arab Saudi dan Turki. Ia menjelaskan sampah memang masih menjadi salah satu problem yang dihadapi Bali sebagai daerah tujuan wisata. Salah satu persoalan yang belakangan menjadi sorotan adalah keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Suwung yang selama ini dimanfaatkan Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita).

Menurut Pastika, banyak sekali investor nasional dan asing yang datang untuk menawarkan kerja sama pengelolaan TPA Regional Suwung. Ujar Pastika, telah ada 58 investor yang datang untuk menjajaki peluang kerjasama. “Artinya, pengusaha dari Arab Saudi dan Turki yang datang hari ini adalah investor yang ke-59,” ujarnya. Namun penjajakan tersebut selalu terkendala regulasi nasional yang mematok harga pembelian listrik sangat rendah. Sehingga dari kalkulasi ekonomi, para pengusaha akan kesulitan balik modal.

Hambatan lainnya adalah tawaran pengenaan tipping fee dari investor tak mendapat respon positif dari kabupaten/kota yang selama ini memanfaatkan TPA tersebut. “Secara moral, saya ingin sekali bisa secepatnya menuntaskan persoalan ini. Tapi begitulah faktanya,” ujarnya seraya berharap agar Wedakarna bisa memperjuangkan revisi aturan pembelian listrik. Lebih lanjut, rombongan investor Arab Saudi dan Turki ini diminta berkoordinasi dengan OPD terkait. Selain kerjasama pengelolaan sampah, Pastika berharap mereka juga menjajaki kemungkinan karjasama pengembangan solar cell.

Sekadar catatan, total luas TPA Regional Suwung mencapai 32,46 haktare. Menyongsong pelaksanaan IMF-World Bank Annual Meeting pada Oktober 2018 mendatang, pemerintah pusat telah mengambil alih penanganan 22,46 haktare TPA yang akan dijadikan ecopark. Sisanya seluas 10 haktare akan dikelola dengan konsep sanitary landfill management dan waste to energy. (ist)