Interpreting Feelings, Langgam Abstraksi I Made Supena di Griya Santrian

(Baliekbis.com), Griya Art Gallery di Griya Santrian a Beach Resort and Spa mempersembahkan pameran bertajuk Interpreting Feelings, Langgam Abstraksi I Made Supena pada Jumat 16 November – 31 Desember 2018. Memikatnya karya seni rupa bukan semata karena kandungan makna keindahannya ataupun ragam stilistik-estetiknya, melainkan juga pada bagaimana proses karya itu tercipta. Setiap perupa pada memiliki cara dan proses kreatifnya tersendiri dalam berkarya. Ini menyiratkan dalam dunia penciptaan tersedia sebuah ruang untuk merayakan kebebasan berkreatifitas yang mengandung aneka kemungkinan tak terduga.

Sapuan warna, goresan garis, luluh menyatu mewujudkan sosok-sosok tertentu dalam kanvas; atau semata habluran berlapis warna, dalam karya Made Supena, dimana komposisinya indah sekaligus melahirkan pesona yang tidak kasat mata, sugestif ataupun asosiatif, yang dapat diresapi oleh pikiran maupun rasa. Karya Made Supena ini dapat dihayati oleh indra lainnya, karena seni rupa dalam dinamikanya memiliki unsur irama dan nada, cerminan dari musikalitas warna dan komposisinya.

Acuan estetik Komunitas Galang Kangin, yang digagas Made Supena, adalah upaya mengusut warna dan garis hingga ke nir-rupa, meraih yang hakiki dari ragam abstraksi tersendiri. Upaya ini menandai juga proses cipta Made Supena, yang tak bisa dilepaskan dari pertemuan Galang Kangin dengan almarhum Thomas Freitlag, kurator yang tak segan terlibat sebagai mentor.

Ini adalah sebuah titik mula estetik mereka yang intens berekspresi melampaui figurasi, menghablurkan aneka warna menjadi sebentuk musikalisasi sebagaimana selintas ingatan kita pada Kandinsky, Mondrian; atau ragam visual sejenis rayonism Sonya Delunay; atau pilihan minimalis nir-figur selaras ragam abstrakisme lainnya.

Akan tetapi, harus segera ditegaskan bahwa titik mula estetik Galang Kangin jelaslah tidak sepenuhnya secara stilistik maupun teknik mengacu pada keberadaan abstrakisme Barat. Kalau para pelukis abstrak Barat berproses melalui sejumlah permertanyaan tentang realita, terutama secara rasional dan sistematis, sedangkan pelukis yang tergabung dalam Galang Kangin barangkali lebih dipicu oleh permenungan batin atau penghayatan rasa. Pada Made Supena, karya abstraksinya bolehlah dikata sebentuk penghayatan akan ketransendenan atau sesuatu yang melampaui nalar, merangkum pula tahapan sublimasi sikap kritisnya yang mencemaskan perubahan tak terkendali dari alam Bali; sekaligus cerminan spiritualitas yang mempribadi.

Karya Made Supena bermula dari pertemuannya dengan seni rupa Barat melalui pendidikan di ISI Denpasar dan persahabatannya dengan dengan Wayan Sukra (Thomas Freitag). Langgam abstraksi yang menjadi kekuatan Made Supena sesungguhnya bermula dari proses cipta sedini kanak dulu, seiring ayahnya, Ketut Muja (kelahiran 1944 Singapadu, Gianyar, Bali) yang sohor sebagai pematung termasuk pembuat topeng mumpuni.

“Saya sangat bangga bisa mewadahi presentasi karya-karya indah ini di Griya Santrian Gallery, diharapkan pameran ini dapat memicu dialog yang lebih intens lagi perihal gagasan dan ide-ide kreatif lainnya,” ungkap Ida Bagus Gede Sidharta Putra, pemilik Griya Santrian Gallery sekaligus general manager Hotel Griya Santrian. (ist)