Impor Tak Jamin Atasi Mahalnya Harga Beras

(Baliekbis.com), Impor beras tidak menjamin dapat menurunkan harga beras yang saat ini terus meningkat. Tata niaga beras perlu diawasi ketat jangan sampai beras dikuasai rente-rente dan terjadi penimbunan oleh oknum-oknum tertentu.

“Saya kurang setuju sedikit-sedikit impor. Semestinya harus dicari kenapa harga beras sampai terus melonjak, padahal stok di gudang Bulog cukup,” ujar Anggota Komisi IV DPR-RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra saat ditanya soal perberasan, Rabu (17/1) di Kerobokan Badung. Gus Adhi yang duduk di komisi bidang pertanian itu mengatakan sebenarnya pemerintah terus melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan produksi khususnya beras. Selain intensifikasi, peningkatan produksi juga dilakukan dengan pencetakan lahan-lahan pertanian. Logikanya dengan upaya-upaya tersebut, produksi beras bisa meningkat. “Kalau sekarang dikatakan harga beras naik karena produksi berkurang, ini harus dicermati lagi. Kenapa bisa seperti itu,” jelas Gus Adhi. Ke depan tambahnya, pertanian ini perlu terus ditingkatkan dengan cara-cara modern sehingga produksi bisa memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Bahkan untuk Bali menurut Gus Adhi bisa lebih spesifik lagi yakni pertanian pariwisata. Sebab sebagai daerah tujuan wisata dunia, pertanian sangat mendukung kegiatan pariwisata dan ini bisa memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani. Jadi tidak hanya padi oriented, tapi prosesnya seperti mulai tanam hingga panen bisa jadi atraksi wisata.

Sebelumnya Direktur Direktorat Tertib Niaga Kemendag Veri Anggrijono saat melakukan peninjauan ke Gudang Bulog di Tabanan mengatakan stok beras di Bali cukup hingga tiga bulan ke depan. “Stok beras cukup, beras di Bali aman,” ujarnya usai melakukan operasi pasar di daerah lumbung beras tersebut. Sementara Ketua Majelis Subak se-Bali I Gede Ketut Sanjiarta saat ditemui di Rumah Apresiasi Sudikerta mengatakan ancaman produksi pertanian di Bali adalah makin menyusutnya lahan-lahan produktif pertanian. “Tiap tahun terjadi alih fungsi ratusan hektar lahan,” tegasnya. Untuk itu ia berharap pemeritah daerah tegas menegakkan regulasi terkait perizinan pembangunan agar tak mencaplok lahan-lahan produktif. Di Bali saat ini terdapat 2.789 subak yang masih tetap esksis. (bas)