ICNT-17, Jepang Bisa Jadi Contoh Pelestarian   

(Baliekbis.com), Asean khususnya Jepang ke depan bisa jadi contoh upaya-upaya pelestarian peninggalan nenek moyang. Negeri ini sangat berhasil menempatkan konservasi cultural landscape yaitu budaya dan alam dalam satu integrasi menjadi bagian dari kebijakan publiknya. Demikian dikatakan  Chairperson BPPI (Badan Pelestarian Pusaka Indonesia) Catrini Pratihari Kubontubuh di sela-sela workshop ICNT ke 17, Rabu (13/9) yang berlangsung di Bali Safari& Marina Park, Gianyar.

Dalam konteks pelestarian tambah Catrini, ia lebih melihat Asean bisa dijadikan contoh karena lebih banyak kesamaan dengan Indonesia baik tradisi timurnya juga alam dan iklimnya, meski Indonesia tak memiliki musim salju. Namun secara umum, banyak kemiripannya. Sebagaimana yang diungkapkan salah satu pembicara dari Jepang Profesor Kyoko Kanki yang mengatakan pemerintahnya aktif sekali dengan kebijakan bidang konserasi saujana yang menempatkan konservasi cultural lanskape yaitu budaya dan alam dalam satu integrasi menjadi bagian dari kebijakan publiknya. “Jepang tradisinya kuat dan adat-adat timurnya sama dengan kita,” jelas Catrini.

 Catrini Pratihari Kubontubuh
Catrini Pratihari Kubontubuh

Menurut Catrini, workshop ini bertujuan untuk berbagi pengalaman dan tantangan seperti apa yang dihadapi, apa hanya masalah dana atau keilmuan. Juga mereka berbagi cerita sukses. India contohnya yang sukses dengan heritage education serta negara-negara lain. Indonesia sendiri juga  punya masyarakat adat yang kuat dengan tradisinya. Pembicara dari Rusia dalam workshop ini juga bercerita bagaimana dukungan pemerintahnya dalam pelestarian. Dikatakan Catrini, dukungan pemerintah bervariasi, ada yang memberi prioritas, ada yang lebih pada infrastruktur untuk pelestarian. Ia mencontohkan Kalimantan, alamnya sangat sudah berada pada titik waspada karena dampak illegal,logging dan kebakaran yang menyebabkan fauna dan flora punah. “Jadi di sini perlu peran pemerintah untuk merajut ini semua. Karena ada daerah yang sudah maju dengan pelestarian dan ada yang masih di belakang,” jelasnya. Memasuki hari ke-3 (Rabu, 13/7), pelaksanaan ICNT (International Conference National Trusts) di Gianyar, rangkaian kegiatan yang dilaksanakan semakin padat. Sebanyak 200 peserta dari delegasi 31 negara peserta seharian mengikuti kegiatan workshop. “Ada 5 kelas workshop yang digelar dan semuanya berbicara menyangkut bagaimana keterkaitan antara budaya, tradisi dan kelestarian lingkungan juga pembahasan tentang konservasi bangunan dan pusaka budaya. Menurut Catrini, seluruh peserta setelah berkeliling di taman safari ini menyatakan kekagumannya terhadap kekayaan alam , satwa dan keragaman varietas di Indonesia. Peserta juga akan mengikuti plannary session yang disponsori Amex dimana institusi ini banyak mendukung kegiatan-kegiatan  pelestarian termasuk di Indonesia. Malamnya seluruh peserta selain akan mengikuti jamuan makan malam di Puri Gianyar juga akan melihat tatanan arsitektur puri, keseniannya di masa lalu, seperti tarian yang  hanya dipertunjukkan untuk tamu-tamu kehormatan raja saat itu. Juga ada aktivitas ekonomi berupa kerajinan dan melukis. “Untuk dinner-nya sendiri adalah kuliner khas tradisional kita. Jadi takkan ada makanan Eropa,” tutup Catrina. (bas)